
Perwatakan Tokoh Utama
pada Novel Theseus
Ditinjau dari Kajian
Psikososial
I.
Perkembangan
Psikologis Tokoh Utama
Dalam novel ini
yaitu Theseus ketika masa kanak-kanaknya memang sudah menginginkan kebebasan
penuh tanpa adanya larangan atau rintangan dari pihak manapun yang bisa
menghalangi kehendaknya. Ingin mencari kelembutan, belaian sang ibu yang selama
ini dicurahkan kepada alam yaitu dengan cara mengelus-elus buah-buahan, dan
kulit kayu yang lunak, batu licin di tepi laut, bulu anjing dan kuda. Namun hal
itu tidak bertahan lama karena mendapat larangan dari ayahnya. Inilah kali
pertama Theseus merasa cemburu kepada ayahnya sendiri yang dianggapnya menjadi
penghalang luapan cinta kasihnya kepada belaian sang ibu yang dicurahkan kepada
buah-buahan , goyangan rumput, batu licin di tepi laut, kulit kayu yang lunak,
bulu anjing dan kuda yang melambangkan kelembutan seorang wanita. Wanita
merupakan sumber kekuatan sekaligus keemahan Theseus. Setiap Theseus berjuang
agar terbebas dari seorang wanita, Theseus akan terbelenggu dalam ikatan wanita
lain. Theseus hanya ingin bersenang-senang dengan wanita yang ia kehendaki
tanpa ada ikatan apa-apa yang bisa merenggut kebebasannya.
Dalam
perjalanannya ke Atena, Theseus bertemu dengan salah seorang wanita dan kemudian
jatuh cinta, Pyregone namanya. Pyregone adalah sosok wanita yang tinggi dan
lemah gemulai. Namun ayah pyregone sudah dibunuh olehnya. Sebagai tebusannya,
Theseus memberikan seorang anak kepada Pyregone yang bernama Menalip. Seiring
berjalannya waktu, Menalip dan Pyregone pun ditinggalkannya untuk meneruskan
perjalanannya agar tidak terlambat. Karena Theseus adalah seorang yang merasa
tak peduli lagi dan tak punya hubungan apa-apa dengan yang sudah dikerjakan.
Dia menganggap bahwa yang paling bahaya adalah apa yang sedang kutunggu, bukan
apa yang sudah kuselesaikan (halaman 12). Ketika Theseus pergi ke pulau Kreta
untuk membunuh Minotaur (anak dari permaisuri pulau kreta dengan sapi yang
menjelma Zeus) yang tak karuan wujudnya karena perpaduan antara binatang dan
manusia. Di pulau itu, Theseus mengalami banyak kejadian diantaranya yaitu
ketertarikannya dengan Phaedra (bungsu raja dan permaisuri pulau itu),
permasalahannya dengan Ariadne (kakak Phaedra) yang mau berusaha menghalangi
kebebasan Theseus, memasuki labyrinth (tempat tinggal Minotaure), dan
sebagainya. Tetapi dengan segala upayanya, dia berusaha mengatasi masalahnya
termasuk mempertahankan kebebasannya dari segala hal yang merintang meskipun
cara yang dilakukan harus mengkhianati Ariadne, lebih-lebih raja Minos (ayah
Ariadne) yang selama ini telah berbaik hati kepada Theseus.
Dari dalam Labyrinth, dia berhasil keluar dan berhasil membawa teman-temannya yang sudah terperangkap disana termasuk Pirithous. Kepada Pirithous lah dia menceritakan segala permasalahannya yang diantaranya yaitu cinta dan dendamnya kepada Ariadne, ketergila-gilanya kepada Phaedra meskipun dia belum mencapai usia remaja.
Suatu ketika Pirithous membuat suatu tipu daya untuk mencapai apa yang diinginkan Theseus sebenarnya yaitu memiliki Phaedra tanpa adanya rintang sang kakak, Ariadne. Rencana itu pun dijalankan dan berhasil. Theseus berhasil mendarat di Attika dan membawa Phaedra pulang setelah menurunkan kakaknya di pulau Naxos.
Ketika mendarat di Attika, dan ayah Theseus, Aegeus, tahu bahwa bendera layarnya berwarna hitam, Aegeus langsung menjatuhkan dirinya ke laut dan meninggal. Secara sengaja oleh alam tak sadarnya, Theseus tidak ingin mengganti bendera layar itu menjadi putih bila menang dan hitam bila kalah sesuai dengan perjanjian dengan sang ayah.
Secara tak langsung, hal itulah yang memang diinginkan oleh Theseus karena kecemburuannya terhadap sang ayah yang selama ini menjadi perintangnya dalam merasakan jamahan sang ibu yang diwujudkannya dengan alam sebagai penyalur hasrat libidonya. Salain hal itu, selama malam terakhir dalam perjalananya mendarat di Attika, Theseus bermimpi menjadi raja Attika. Hari itu adalah merupakan hari besar bagi bagi rakyat dan Theseus karena mereka kembali dengan selamat dan naik tahta dan hari berkabung karena kematian sang ayah, Aegeus. Setelah itu, Theseus mengawini Phaedra dan Attika sekaligus. Namun, setelah mempunyai anak yang bernama Hippolitus, kegelisahan dan narsismenya kambali lagi. Sosok sang ayah yang selama ini menjadi penghalang akan kebebasannya kini dilihatnya pada anaknya. Yang membuat kecemburuan Theseus kepada anaknya sendiri yaitu Hippolitus akan merebut sang ibu yang diwujudkan dalam sosok Phaedra. Oleh karena itu Theseus membiarkan anaknya disusui oleh Antiope, ratu Amazone, perempuan yang bersusu satu itu. Hal lain yang memicu kecemburuannya yaitu Hippolitus berbudi luhur, mulia dan menjauhi kehidupan duniawi, lain sekali dengan Theseus. Hal itu membuatnya melihat sosok ayahnya kembali dan menjelma menjadi Hippolitus. Selain itu, Thesesus secara tak sadar mungkir dari kenyataan bahwa dirinya sudah tua dan sekaligus menyadari bahwa dirinya tidak akan menang merebut hati sang ibu. Karena hal-hal tersebutlah akhirnya Theseus membunuh anaknya sendiri. Setelah mengetahui semuanya, istrinya pun ikut bunuh diri.
Setelah ayah dan anaknya dibunuhnya, kemudian disusul bunuh diri sang istri, perasaan gelisah, takut tersaingi pun tak kunjung hilang. Theseus sengaja membandingkan dirinya dengan riwayat Oedipus. Kekhawatiran-kekhawatiran itu ialah , ia cemburu kan Oedipus yang seorang raja Thebes juga memiliki Attika yang dimilikinya. Selain itu, ia juga merasa cemburu kepada sang ayah secara tidak langsung menunjuk Oedipus yang telah merebut Attika (yang dianggapnya sang ibu) karena jasadnya dikuburkan di Attika, bukan di Thebes. Theseus tidak mau orang lain juga memiliki apa yang telah dimilikinya. Ia ingin diakui sebagai seseorang yang paling hebat dan dipuji sepenuhnya tanpa disbanding-bandingkan denga orang lain. Oleh karena itu Theseus tidak segan-segan menyingkirkan bahkan membunuh orang-orang yang dianggapnya merebut apa yang dimilikinya sekalipun orang itu adalah orang-orang yang sangat dicintainya.
Dari dalam Labyrinth, dia berhasil keluar dan berhasil membawa teman-temannya yang sudah terperangkap disana termasuk Pirithous. Kepada Pirithous lah dia menceritakan segala permasalahannya yang diantaranya yaitu cinta dan dendamnya kepada Ariadne, ketergila-gilanya kepada Phaedra meskipun dia belum mencapai usia remaja.
Suatu ketika Pirithous membuat suatu tipu daya untuk mencapai apa yang diinginkan Theseus sebenarnya yaitu memiliki Phaedra tanpa adanya rintang sang kakak, Ariadne. Rencana itu pun dijalankan dan berhasil. Theseus berhasil mendarat di Attika dan membawa Phaedra pulang setelah menurunkan kakaknya di pulau Naxos.
Ketika mendarat di Attika, dan ayah Theseus, Aegeus, tahu bahwa bendera layarnya berwarna hitam, Aegeus langsung menjatuhkan dirinya ke laut dan meninggal. Secara sengaja oleh alam tak sadarnya, Theseus tidak ingin mengganti bendera layar itu menjadi putih bila menang dan hitam bila kalah sesuai dengan perjanjian dengan sang ayah.
Secara tak langsung, hal itulah yang memang diinginkan oleh Theseus karena kecemburuannya terhadap sang ayah yang selama ini menjadi perintangnya dalam merasakan jamahan sang ibu yang diwujudkannya dengan alam sebagai penyalur hasrat libidonya. Salain hal itu, selama malam terakhir dalam perjalananya mendarat di Attika, Theseus bermimpi menjadi raja Attika. Hari itu adalah merupakan hari besar bagi bagi rakyat dan Theseus karena mereka kembali dengan selamat dan naik tahta dan hari berkabung karena kematian sang ayah, Aegeus. Setelah itu, Theseus mengawini Phaedra dan Attika sekaligus. Namun, setelah mempunyai anak yang bernama Hippolitus, kegelisahan dan narsismenya kambali lagi. Sosok sang ayah yang selama ini menjadi penghalang akan kebebasannya kini dilihatnya pada anaknya. Yang membuat kecemburuan Theseus kepada anaknya sendiri yaitu Hippolitus akan merebut sang ibu yang diwujudkan dalam sosok Phaedra. Oleh karena itu Theseus membiarkan anaknya disusui oleh Antiope, ratu Amazone, perempuan yang bersusu satu itu. Hal lain yang memicu kecemburuannya yaitu Hippolitus berbudi luhur, mulia dan menjauhi kehidupan duniawi, lain sekali dengan Theseus. Hal itu membuatnya melihat sosok ayahnya kembali dan menjelma menjadi Hippolitus. Selain itu, Thesesus secara tak sadar mungkir dari kenyataan bahwa dirinya sudah tua dan sekaligus menyadari bahwa dirinya tidak akan menang merebut hati sang ibu. Karena hal-hal tersebutlah akhirnya Theseus membunuh anaknya sendiri. Setelah mengetahui semuanya, istrinya pun ikut bunuh diri.
Setelah ayah dan anaknya dibunuhnya, kemudian disusul bunuh diri sang istri, perasaan gelisah, takut tersaingi pun tak kunjung hilang. Theseus sengaja membandingkan dirinya dengan riwayat Oedipus. Kekhawatiran-kekhawatiran itu ialah , ia cemburu kan Oedipus yang seorang raja Thebes juga memiliki Attika yang dimilikinya. Selain itu, ia juga merasa cemburu kepada sang ayah secara tidak langsung menunjuk Oedipus yang telah merebut Attika (yang dianggapnya sang ibu) karena jasadnya dikuburkan di Attika, bukan di Thebes. Theseus tidak mau orang lain juga memiliki apa yang telah dimilikinya. Ia ingin diakui sebagai seseorang yang paling hebat dan dipuji sepenuhnya tanpa disbanding-bandingkan denga orang lain. Oleh karena itu Theseus tidak segan-segan menyingkirkan bahkan membunuh orang-orang yang dianggapnya merebut apa yang dimilikinya sekalipun orang itu adalah orang-orang yang sangat dicintainya.
II.
Kajian
Psikososial
Berawal dari
sebuah kajian psikososial sendiri yaitu pada hakikatnya manusia mengalami perubahan-perubahan
yang dramatis,baik dalam fisik maupun kognitif. Perubahan-perubahan fisik dan
kognitif mereka ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan
psikososial mereka. Dalam Psikologi,menurut Erikson (dalam Cremers,1989) “ seseorang berawal dari pencarian identitas
sehingga mereka berusaha “menjadi seseorang”,yang berarti berusaha mengalami
diri sendiri ”AKU” yang bersifat sentral,mandiri,unik,yang memunyai suatu
kesadaran akan kesatuan bainnya, sekaligus juga berarti menjadi “seseorang”yang
diterima dan diakui oleh banyak orang.” Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa
orang yang sedang mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan
“siapakah” atau “apakah”yang diinginkannya pada masa mendatang. Bila mereka
memperoleh identitas,maka ia akan menyadari cirri-ciri khas kepribadiannya,
seperti kesukaan atau ketidaksukaannya,aspirasi,tujuan masa depan yang
diantisipasi,perasaan bahwa ia dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya.
Teori psikososial oleh Erikson, ia membagi perkembangan manusia berdasarkan
kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Berikut ini adalah tahap
perkembangan psikososial Erikson
Tabel
Tahap-tahap Perkembangan Psikososial Erikson
Tahap Psikososial
|
Usia kira-kira
|
Kepercayaan
vs ketidakpercayaan
Otonomi
vs rasa malu dan ragu-ragu
Inisiatif
vs rasa bersalah
Ketekunan
vs rasa rendah diri
Identitas
dan kebingungan peran
Keintiman
vs isolasi
Generativitas
vs stagnasi
Integritas
ego vs keputusan
|
Lahir
– 1 tahun
1-3
tahun
4-5
tahun
6-11
tahun
12-20
tahun
20-24
tahun
26-25
tahun
65
tahun- mati
|
Masing-masing
tahap terdiri atas tugas perkembangan yang khas, mengharuskan individu
menghadapi suatu krisis. Krisis ini bagi Erikson bukanlah suatu bencana, tetapi
suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi yang memunyai
kutup positif dan negative. Semakin berhasil individu mengatasi krisis,akan
semakin sehat perkembangannya (Santrock,1995). Disamping itu, Erikson juga
menyebutkan bahwa selama masa-masa sulit yang dialami remaja, ternyata ia
berusaha merumuskan dan mengembangkan nilai kesetiaan (komitmen),yaitu
kemampuan untuk mempertahankan loyalitas yang diikrarkan dengan bebas meskipun
terdapat kontradiksi-kontradiksi yang tak terelakkan diantara system-sistem
nilai.
III.
Perwatakan
Tokoh Utama (Theseus) dalam Kajian Psikososial
Berdasarkan perkembangan
analisis psikologi Theseus pada subbab pertama,telah dijelaskan bahwa Theseus
adalah seorang tokoh yang sangat menginginkan kebebasan dalam bertingkah
laku,karena bila melihat latar belakang lahirnya Theseus ini juga berawal dari
keluarga kerajaan Athena, Theseus adalah sepupu dari Hercules. Ia anak dari
raja Athena. Sebelum raja Athena pulang ke Athena, ia meletakkan pedang dan
sandalnya di bawah batu karang besar, jika theseus sudah cukup kuat, ia harus
mengangkat batu itu serta membawa pedang dan sandal kepada rajanya di Athena.
Ketika Theseus berusia 16 tahun, ia dgn mudah mengangkat batu itu dan mengambil
barang-barang milik ayahnya. Tidak lama kemudian Theseus memulai perjalanannya
ke Athena untuk menghadap ayahnya, Raja Aegeus. Ini adalah sedikit riwayat
kelahiran tokoh utama. Hal inilah yang dapat menghubungkan keadaan psikologi
Theseus dengan perkembangan watak Theseus bila dipandang dari segi
psikososialnya. Seperti yang telah dipaparkan pada halaman pertama novel
Theseus tersebut, ia berkata kepada anaknya yang bernama Hippolytus bahwa “Memang
pertama kali manusia harus mengenal siapa dia. Sesudah itu baik juga kita
hayati dan kita ambil dengan tangan apa yang telah ditinggalkan sebagai warisan
buat kita. Sama saja engkau menyukainya atau tidak,engkau sekarang, seperti aku
sebelummu, adalah anak raja. Tak ada jalan akan dapat mengelak dari itu. Itu
kenyataan. Itu suatu kemestian.” Dari
perkataannya menandakan bahwa ia telah berhasil membuka identitas dirinya bahwa
ia adalah seorang putra raja Athena, dan ia tidak punya pilihan lain untuk
tidak menjadi raja kelak masa depannya. Krisis yang dialami Theseus ini sudah
ada sejak ia lahir, keberadaanya tidaklah jelas karena factor keadaan saat itu
penuh dengan peperangan. Sehingga ia disangka bukanlah anak dari
Aegeus,melainkan anak dewa Poseidon. Sampai ia beranjak usia berusia 16 tahun,
ia dgn mudah mengangkat batu itu dan mengambil barang-barang milik ayahnya.
Di pinggiran kota
Athena terdapat sejumlah rumah kecil yang didiami orang-orang Phitalid, kaum pekerja keras yang
hidup sederhana. Mereka adalah keturunan Phitalus yang konon pernah menjamu Demeter di rumahnya saat dewi
itu berkelana mencari putrinya Persephone yang diculik Hades. Kehangatan dan
keramahan Phitalus saat menjamu tamu-tamunya masih mengalir dalam darah
keturunannya. Mereka tidak akan membiarkan para pengelana lewat tanpa
mengundangnya untuk berisitirahat dan menjamu mereka. (Dalam adat istiadat
Yunani Kuno ada aturan keramah tamahan bagi setiap orang untuk menjamu setiap
pelancong yang lewat). Demikian juga Theseus yang
melintasi tempat tersebut, ia disediakan tempat untuk beristirahat dan diberi
jamuan makan. Theseus kemudian menceritakan darimana asalnya dan bagaimana ia
sampai di Athena setelah melewati jalan yang dulunya penuh dengan perampok,
tetapi kini telah ia amankan. Orang-orang Phitalid kagum mendengarnya dan
menawarkan untuk menyucikan kembali Theseus dari dosa pembunuhan berdarah.
Setelah Theseus dimandikan
di sungai Kephisos dan diberi baju bersih, ia meninggalkan kediaman orang-orang
Phitalid dan berjalan masuk ke dalam kota Athena. Sementara, kabar ada anak
muda yang telah menumpas habis para bandit dengan cepat menyebar ke seluruh
kota dan sampai ke telinga Aegeus, sang raja Athena. Saat Theseus sampai
di istananya, ia telah bersiap menyambut kedatangan pemuda yang ia tidak tahu
adalah putranya sendiri. Lagipula, Aegeus tidak pernah mendengar kabar Aithra
benar-benar melahirkan anaknya atau tidak.
Tetapi Medea
yang kini sudah menjadi ratu Athena dan istri Aegeus, mengetahui siapa Theseus
sebenarnya. Dan kalau sampai Theseus diangkat menjadi raja Athena, Medea tidak
akan bisa memerintah Athena yang ia sudah idam-idamkan sebelumnya. Dengan
licik, Medea membohongi Aegeus dengan mengatakan Theseus adalah mata-mata yang
dikirimkan oleh keluarga Pallas, saudara Aegeus yang juga mengincar takhta
Athena, untuk membunuhnya. AgarAegeus selamat dari pembunuhan, Medea akan
menaruh beberapa tetes racun serigala, racun yang paling mematikan, di cawan
tempat minum Theseus. Aegeus menyetujui rencana Medea,
tetapi entah kenapa hatinya merasa tidak tenang sehingga ia tidak berani
memandang Theseus secara langsung walaupun pemuda itu duduk tepat di
sampingnya. Saatnya tiba untuk minum bersama dan adat pada zaman itu
mengharuskan semua orang untuk mengangkat cawannya sebelum minum, termasuk
Theseus. Setelah bersulang, Theseus kemudian menurunkan cawannya dan
mendekatkannya ke bibirnya. Aegeus semakin merasa tidak nyaman dan Medea
melirik Theseus dengan senyum kemenangan. Tetapi Aegeus yang salah tingkah
menghentikan cawan Theseus tepat sebelum ia meneguknya. Pemuda itu tak habis
pikir kenapa raja Athena itu tampak begitu gelisah. Ia memutuskan untuk menaruh
cawan yang belum sempat diteguknya dan mengeluarkan pedang yang ia bawa sebagai
bukti ia adalah putra Aegeus…
Aegeus melihat pedang
itu dan tercengang kaget. Pedang itu adalah pedang yang telah disembunyikannya
bertahun-tahun lampau di bawah sebongkah batu besar di Troizenos setelah ia
melewatkan malam bersama Aithra. Ia melirik sandal yang dipakai Theseus dan ia
mengenali sandal yang dipakai pemuda itu. Aegeus segera menepis cawan Theseus
hingga jatuh ke lantai dan memeluk pemuda itu erat-erat. Kali ini ia tidak ragu
lagi bahwa Theseus benar-benar putranya.
Sementara itu Medea
menjerit dan langsung berlari ke luar istana, menghilang dari pandangan.
Sejak saat itu kabar mengenai dirinya tidak pernah terdengar lagi di Athena.
Semua telah berakhir untuknya dan semua orang tidak mempedulikannya karena
tidak ada yang menyukai penyihir itu.
Kemudian, di hadapan
seluruh rakyatnya, Aegeus mengumumkan bahwa Theseus adalah putranya yang akan
mewarisi takhta Athena. Dan pesta besar selama berhari-hari diselenggarakan di
Athena untuk merayakan kedatangan pahlawan perkasa dan calon raja Athena ini.
Jelas bahwa Theseus mengalami masa krisis semenjak ia masih kecil hingga
dewasa.
Pada
tahap perkembangan psikososial Theseus yaitu pada saat kepercayaan vs ketidakpercayaan terjadi saat ia meragukan ia
berasal dari seorang ibu siapa, ia beranggapan bahwa ia adalah anak dewa yaitu
Poseidon. Namun hal itu dibuktikan oleh beberapa fakta yang ada pada cerita
tersebut bahwa ia adalah benar-benar anak Aegeus. Saat
itu Theseus memutuskan untuk menaruh cawan yang belum sempat diteguknya dan
mengeluarkan pedang yang ia bawa sebagai bukti ia adalah putra Aegeus…
Aegeus melihat pedang itu dan tercengang
kaget. Pedang itu adalah pedang yang telah disembunyikannya bertahun-tahun
lampau di bawah sebongkah batu besar di Troizenos setelah ia melewatkan malam
bersama Aithra. Ia melirik sandal yang dipakai Theseus dan ia mengenali sandal
yang dipakai pemuda itu. Sedangkan tahap
otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu ini, dialami oleh Theseus pada saat ia
harus berhadapan dengan sikap ayahnya yang memaksakan kehendak bahwa ia kelak
harus menjadi penerus ayahnya sebagai raja Athena berikutnya. Meskipun ia
mengalami rasa ragu yang cukup besar namun ia mampu melewati masa krisis ini
dengan membuktikan kepada ayahnya bahwa ia layak menduduki tahta. Usaha pertama
sudah ia lakukan yaitu ketika ayahnya menyuruh untuk mengangkat batu-batu besar
untuk mencari senjata di bawah tanah yang telah disembunyikan oleh Poseidon.
Dan Theseus pun mampu melewatinya dan ia tak menemukan senjata itu. Dan ayahnya
pun mengatakan bahwa senjata itu tidaklah lebih penting dari sebuah kekuatan
yang ia miliki untuk menghempas rintangan batu-batu besar tersebut. Hal inilah
yang membuat sebuah kepercayaan ayahnya kepada Theseus agar ia mampu menjadi
raja Athena. Selanjtunya adalah tahap inisiatif
vs rasa bersalah, hal ini terjadi saat Theseus memulai perjalanannya ke
Athena untuk menghadap ayahnya, Raja Aegus. Pada hari pertama perjalanan ia
bertemu Periphetes, orang liar yg galak. Periphetes selalu membawa gada besi yg
digunakan untuk membunuh siapa saja yg lewat dihadapannya. Dgn beberapa ayunan
pukulan, Theseus mengalahkan orang liar itu dan mengambil gadanya.
Setelah itu Theseus bertemu dgn Sinis, putra Poseidon. makhluk jahat ini punya kebiasaan buruk mengikat para pelancong di puncak pohon pinus. lalu ia akan melengkungkan pohon itu hingga menyentuh tanah. Sinis kemudian melepaskan pohon pinus itu dan pada waktu pohon kembali melayang ke posisi tegak, korbannya akan terlempar ke udara. Namun Theseus ternyata dgn mudah menghajar Sinis. Di lereng Megaris, Theseus bertemi Sciron, manusia jahat yg memaksa pelancong mencuci kakinya, ketika pelancong menunduk Sciron akan langsung menendang mereka melewati tebing masuk ke dalam laut. Namun kali ini justru Theseus lah yg menendang Sciron menghantam batu karang. Salah satu petualangan yg terkenal terjadi ketika Theseus bertemu Procrustes. Procrustes memaksa korbannya berbaring di tempat tidur, jika orang yg tidur tubuhnya terlalu panjang daripada tempat tidurnya, raksasa itu memotong bagian tubuhnya, namun jika tubuh orang yg tidur itu terlalu pendek maka proscrustes akan menariknya supaya panjang. Theseus menangkap Proscrutes dan melakukan hal yang sama sebagai hukuman. Saat tiba di Athena, Theseus bertemu Medea yg merupakan istri baru ayahnya. Medea iri dan berusaha meracuni Theseus, tapi raja menyadari dan mencegah anaknya meminum racun itu. Aegus lalu membuang isterinya dari Athena. Saat ini Athena dalam kesulitan besar, karena dipaksa membayar upeti pada raja minos dari kreta. Bertahun-tahun yg lalu Minos mengalahkan Athena. ia mengancam akan membumi hanguskan kota kecuali tiap tahun 14 anak muda dikirim ke kreta sebagai mangsa Minotaur, monster bertubuh manusia dan berkepala sapi jantan.Theseus pun berjanji akan mengakhiri semua ini. Ketika tiba waktunya mengirim 14 anak muda, Theseus menawarkan diri utk pergi sebagai salah satu korban. Sebelum kapal berangkat menuju kreta dgn layar hitam, Theseus memberi tahu ayahnya jika ia berhasil menumpas minotaur, kapal yg kembali akan memasang layar putih, namun jika ia dikalahkan minotaur, layar hitam akan tetap berkibar. Ketika Theseus tiba di kreta, ia mengaku sebagai anak poseidon kepada Minos, untuk mmbuktikan pengakuan theseus, maka raja minos melempar cincinnya ke laut dan memerintahkan theseus mencarinya. Theseus pun menyelam untuk mencari dan kembali bukan hanya membawa cincin tapi juga mahkota emas milik isteri poseidon, raja Minos pun terkesan. Saat berada di kreta, Ariadne anak perempuan minos jatuh cinta pada theseus dan ariadne pun menolong theseus dalam penyelidikannya membunuh minotaur yg dikurung dalam labirin. Labirin ini sangat berliku-liku dan orang mudah tersesat, tapi ariadne memberi pedang untuk membunuh minotaur serta memberi benang untuk diikat di pintu masuk, sementara ia menyusuri koridor ia menguraikan benang, begitu ia membunuh binatang buas itu, ia dapat menemukan jalan keluar dgn menggunakan benang sebagai petunjuk. Misinya berhasil, Minotaur tewas, Theseus segera mengumpulkan ariadne dan ke 13 pemuda yg pergi bersamanya ke kreta lalu memasang layar ke Athena. Dalam perjalanan pulang ariadne di tinggal di pulau naxos karena dewi minerva memerintahkan Theseus melakukan hal itu.
Karena gembira atas kemenangannya menaklukkan Minotaur, Theseus lupa mengubah layar hitam kapalnya. ketika kapal mendekati pantai Athena, raja Aegus melihatnya dari pantai. Karena layar hitam masih berkibar di tiang, Aegus mengira Minotaur telah melahap anaknya. karena sedih raja Aegus menceburkan dirinya ke dalam laut. Dengan kematian ayahnya, Theseus menjadi raja Athena. ia adalah penguasa yg baik dan adil yg memberlakukan hukum yg bijaksana bagi rakyatnya. Meskipun ia berhasil menjadi raja, seperti apa yang diinginkan ayahnya, namun ia pasti sangat mengalami rasa bersalah yang luar biasa karena dengan keteledoran itu ia secara tidak langsung telah membunuh ayahnya sendiri. Pada tahap perkembangan ketekunan vs rasa rendah diri, terjadi saat Theseus berada di pulau Kreta, Theseus mengalami banyak kejadian diantaranya yaitu ketertarikannya dengan Phaedra (bungsu raja dan permaisuri pulau itu), permasalahannya dengan Ariadne (kakak Phaedra) yang mau berusaha menghalangi kebebasan Theseus, memasuki labyrinth (tempat tinggel Minotaure), dan sebagainya. Tetapi dengan segala upayanya, dia berusaha mengatasi masalahnya termasuk mempertahankan kebebasannya dari segala hal yang merintang meskipun cara yang dilakukan harus mengkhianati Ariadne, lebih-lebih raja Minos (yah Ariadne) yang selama ini telah berbaik hati kepada Theseus. Hal ini juga ditunjukkan oleh sikap Theseus saat ia telah kembali ke Athena setelah ia belayar ke Naxos untuk menghilangkan rasa cintanya kepada Ariedne dan menaruhnya di pulau itu, dan sejak itu pula ia menjaga kesetiaan kepada Phaedra, perempuan dan negeri ini telah dikawini bersama-sama.Aku seorang suami. Kerajaan pindah ke tanganku melalui waris. Aku berkata pada diriku,zaman petualangan sudah usai. Yang penting sekarang bukan menaklukkan tapi yang penting ialah menguasai.(halaman 52) Begitu ia perjuangkan untuk mendapatkan wanita yang ia cintai, hal ini juga tidak lepas dari salah satu factor kehilangan identitas seorang ibu bagi dia dan kebingungan mencari peran seorang ibu dalam hidupnya. Tahap keintiman vs isolasi, dan sejak itu pula ia menjaga kesetiaan kepada Phaedra, perempuan dan negeri ini telah dikawini bersama-sama.Aku seorang suami. Kerajaan pindah ke tanganku melalui waris. Aku berkata pada diriku,zaman petualangan sudah usai. Yang penting sekarang bukan menaklukkan tapi yang penting ialah menguasai.(halaman 52). Semenjak itulah seorang Theseus yang selalu bersenang-senang dengan wanita memutuska untuk menetap pada satu hati seorang wanita yang ia cintai.Hal itu juga dikarenakan tahap generativitas vs stagnasi telah timbul padanya seiring bertambahnya usia Theseus untuk memilih menetap di tempat kelahirannya sekaligus menjadi kepala pemerintahan di sana seperti apa yang diinginkan oleh ayahnya dan menetap bersama istri dan anaknya. Terakhir adalah tahap integritas ego vs keputusan, yaitu memasuki usia tua hingga akhir hayatnya. Hal ini adalah masa puncak krisis yang dialami oleh Theseus, ketika itu ia kehilangan rasa kepercayaannya kepada istri dan anak kandungnya sendiri, sehingga rasa ego yang timbul berlebihan pada Theseus, hingga berujung pada kematiannya beserta keluarga lainnya. Hal tersebut dibuktikan pada halaman 59 kecemburuan Theseus kepada anaknya sendiri yaitu Hippolitus akan merebut sang ibu yang diwujudkan dalam sosok Phaedra. Oleh karena itu Theseus membiarkan anaknya disusui oleh Antiope, ratu Amazone, perempuan yang bersusu satu itu. Hal lain yang memicu kecemburuannya yaitu Hippolitus berbudi luhur, mulia dan menjauhi kehidupan duniawi, lain sekali dengan Theseus. Hal itu membuatnya melihat sosok ayahnya kembali dan menjelma menjadi Hippolitus. Selain itu, Thesesus secara tak sadar mungkir dari kenyataan bahwa dirinya sudah tua dan sekaligus menyadari bahwa dirinya tidak akan menang merebut hati sang ibu. Karena hal-hal tersebutlah akhirnya Theseus membunuh anaknya sendiri. Setelah mengetahui semuanya, istrinya pun ikut bunuh diri.
Setelah ayah dan anaknya dibunuhnya, kemudian disusul bunuh diri sang istri, perasaan gelisah, takut tersaingi pun tak kunjung hilang. Theseus sengaja membandingkan dirinya dengan riwayat Oedipus. Kekhawatiran-kekhawatiran itu ialah , ia cemburu kan Oedipus yang seorang raja Thebes juga memiliki Attika yang dimilikinya. Selain itu, ia juga merasa cemburu kepada sang ayah secara tidak langsung menunjuk Oedipus yang telah merebut Attika (yang dianggapnya sang ibu) karena jasadnya dikuburkan di Attika, bukan di Thebes.
Theseus tidak mau orang lain juga memiliki apa yang telah dimilikinya. Ia ingin diakui sebagai seseorang yang paling hebat dan dipuji sepenuhnya tanpa disbanding-bandingkan denga orang lain. Oleh karena itu Theseus tidak segan-segan menyingkirkan bahkan membunuh orang-orang yang dianggapnya merebut apa yang dimilikinya sekalipun orang itu adalah orang-orang yang sangat dicintainya. Saat itulah puncak krisis yang dialami oleh Theseus. Sehingga dapat ditarik simpulan bahwa keadaan social tokoh utama yaitu Theseus dengan latar belakang kehidupannya tersebut dapat membentuk karakter serta sebuah krisis yang sering muncul terhadap diri Theseus, meskipun ia selalu bisa lepas dari krisis tersebut namun selalu menimbulkan dampak yang negative terhadap kehidupannya maupun kehidupan orang lain. Menurut kajian Psikososial,disebutkan bahwa hal ini dapat dilawan dengan enam hal positif yaitu mengontrol impuls-impuls agresif,memperoleh dorongan emosional dan social serta menjadi lebih independen,meningkatkan keterampilan-keterampilan social, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar mengekspresikan perasan-perasaa dengan cara-cara yang lebih matang,mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin,memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai,meningkatkan harga diri. Hal ini diharapkan mampu mengatasi beberapa krisis-krisis yang terjadi pada tiap orang menurut kajian psikososial.
Setelah itu Theseus bertemu dgn Sinis, putra Poseidon. makhluk jahat ini punya kebiasaan buruk mengikat para pelancong di puncak pohon pinus. lalu ia akan melengkungkan pohon itu hingga menyentuh tanah. Sinis kemudian melepaskan pohon pinus itu dan pada waktu pohon kembali melayang ke posisi tegak, korbannya akan terlempar ke udara. Namun Theseus ternyata dgn mudah menghajar Sinis. Di lereng Megaris, Theseus bertemi Sciron, manusia jahat yg memaksa pelancong mencuci kakinya, ketika pelancong menunduk Sciron akan langsung menendang mereka melewati tebing masuk ke dalam laut. Namun kali ini justru Theseus lah yg menendang Sciron menghantam batu karang. Salah satu petualangan yg terkenal terjadi ketika Theseus bertemu Procrustes. Procrustes memaksa korbannya berbaring di tempat tidur, jika orang yg tidur tubuhnya terlalu panjang daripada tempat tidurnya, raksasa itu memotong bagian tubuhnya, namun jika tubuh orang yg tidur itu terlalu pendek maka proscrustes akan menariknya supaya panjang. Theseus menangkap Proscrutes dan melakukan hal yang sama sebagai hukuman. Saat tiba di Athena, Theseus bertemu Medea yg merupakan istri baru ayahnya. Medea iri dan berusaha meracuni Theseus, tapi raja menyadari dan mencegah anaknya meminum racun itu. Aegus lalu membuang isterinya dari Athena. Saat ini Athena dalam kesulitan besar, karena dipaksa membayar upeti pada raja minos dari kreta. Bertahun-tahun yg lalu Minos mengalahkan Athena. ia mengancam akan membumi hanguskan kota kecuali tiap tahun 14 anak muda dikirim ke kreta sebagai mangsa Minotaur, monster bertubuh manusia dan berkepala sapi jantan.Theseus pun berjanji akan mengakhiri semua ini. Ketika tiba waktunya mengirim 14 anak muda, Theseus menawarkan diri utk pergi sebagai salah satu korban. Sebelum kapal berangkat menuju kreta dgn layar hitam, Theseus memberi tahu ayahnya jika ia berhasil menumpas minotaur, kapal yg kembali akan memasang layar putih, namun jika ia dikalahkan minotaur, layar hitam akan tetap berkibar. Ketika Theseus tiba di kreta, ia mengaku sebagai anak poseidon kepada Minos, untuk mmbuktikan pengakuan theseus, maka raja minos melempar cincinnya ke laut dan memerintahkan theseus mencarinya. Theseus pun menyelam untuk mencari dan kembali bukan hanya membawa cincin tapi juga mahkota emas milik isteri poseidon, raja Minos pun terkesan. Saat berada di kreta, Ariadne anak perempuan minos jatuh cinta pada theseus dan ariadne pun menolong theseus dalam penyelidikannya membunuh minotaur yg dikurung dalam labirin. Labirin ini sangat berliku-liku dan orang mudah tersesat, tapi ariadne memberi pedang untuk membunuh minotaur serta memberi benang untuk diikat di pintu masuk, sementara ia menyusuri koridor ia menguraikan benang, begitu ia membunuh binatang buas itu, ia dapat menemukan jalan keluar dgn menggunakan benang sebagai petunjuk. Misinya berhasil, Minotaur tewas, Theseus segera mengumpulkan ariadne dan ke 13 pemuda yg pergi bersamanya ke kreta lalu memasang layar ke Athena. Dalam perjalanan pulang ariadne di tinggal di pulau naxos karena dewi minerva memerintahkan Theseus melakukan hal itu.
Karena gembira atas kemenangannya menaklukkan Minotaur, Theseus lupa mengubah layar hitam kapalnya. ketika kapal mendekati pantai Athena, raja Aegus melihatnya dari pantai. Karena layar hitam masih berkibar di tiang, Aegus mengira Minotaur telah melahap anaknya. karena sedih raja Aegus menceburkan dirinya ke dalam laut. Dengan kematian ayahnya, Theseus menjadi raja Athena. ia adalah penguasa yg baik dan adil yg memberlakukan hukum yg bijaksana bagi rakyatnya. Meskipun ia berhasil menjadi raja, seperti apa yang diinginkan ayahnya, namun ia pasti sangat mengalami rasa bersalah yang luar biasa karena dengan keteledoran itu ia secara tidak langsung telah membunuh ayahnya sendiri. Pada tahap perkembangan ketekunan vs rasa rendah diri, terjadi saat Theseus berada di pulau Kreta, Theseus mengalami banyak kejadian diantaranya yaitu ketertarikannya dengan Phaedra (bungsu raja dan permaisuri pulau itu), permasalahannya dengan Ariadne (kakak Phaedra) yang mau berusaha menghalangi kebebasan Theseus, memasuki labyrinth (tempat tinggel Minotaure), dan sebagainya. Tetapi dengan segala upayanya, dia berusaha mengatasi masalahnya termasuk mempertahankan kebebasannya dari segala hal yang merintang meskipun cara yang dilakukan harus mengkhianati Ariadne, lebih-lebih raja Minos (yah Ariadne) yang selama ini telah berbaik hati kepada Theseus. Hal ini juga ditunjukkan oleh sikap Theseus saat ia telah kembali ke Athena setelah ia belayar ke Naxos untuk menghilangkan rasa cintanya kepada Ariedne dan menaruhnya di pulau itu, dan sejak itu pula ia menjaga kesetiaan kepada Phaedra, perempuan dan negeri ini telah dikawini bersama-sama.Aku seorang suami. Kerajaan pindah ke tanganku melalui waris. Aku berkata pada diriku,zaman petualangan sudah usai. Yang penting sekarang bukan menaklukkan tapi yang penting ialah menguasai.(halaman 52) Begitu ia perjuangkan untuk mendapatkan wanita yang ia cintai, hal ini juga tidak lepas dari salah satu factor kehilangan identitas seorang ibu bagi dia dan kebingungan mencari peran seorang ibu dalam hidupnya. Tahap keintiman vs isolasi, dan sejak itu pula ia menjaga kesetiaan kepada Phaedra, perempuan dan negeri ini telah dikawini bersama-sama.Aku seorang suami. Kerajaan pindah ke tanganku melalui waris. Aku berkata pada diriku,zaman petualangan sudah usai. Yang penting sekarang bukan menaklukkan tapi yang penting ialah menguasai.(halaman 52). Semenjak itulah seorang Theseus yang selalu bersenang-senang dengan wanita memutuska untuk menetap pada satu hati seorang wanita yang ia cintai.Hal itu juga dikarenakan tahap generativitas vs stagnasi telah timbul padanya seiring bertambahnya usia Theseus untuk memilih menetap di tempat kelahirannya sekaligus menjadi kepala pemerintahan di sana seperti apa yang diinginkan oleh ayahnya dan menetap bersama istri dan anaknya. Terakhir adalah tahap integritas ego vs keputusan, yaitu memasuki usia tua hingga akhir hayatnya. Hal ini adalah masa puncak krisis yang dialami oleh Theseus, ketika itu ia kehilangan rasa kepercayaannya kepada istri dan anak kandungnya sendiri, sehingga rasa ego yang timbul berlebihan pada Theseus, hingga berujung pada kematiannya beserta keluarga lainnya. Hal tersebut dibuktikan pada halaman 59 kecemburuan Theseus kepada anaknya sendiri yaitu Hippolitus akan merebut sang ibu yang diwujudkan dalam sosok Phaedra. Oleh karena itu Theseus membiarkan anaknya disusui oleh Antiope, ratu Amazone, perempuan yang bersusu satu itu. Hal lain yang memicu kecemburuannya yaitu Hippolitus berbudi luhur, mulia dan menjauhi kehidupan duniawi, lain sekali dengan Theseus. Hal itu membuatnya melihat sosok ayahnya kembali dan menjelma menjadi Hippolitus. Selain itu, Thesesus secara tak sadar mungkir dari kenyataan bahwa dirinya sudah tua dan sekaligus menyadari bahwa dirinya tidak akan menang merebut hati sang ibu. Karena hal-hal tersebutlah akhirnya Theseus membunuh anaknya sendiri. Setelah mengetahui semuanya, istrinya pun ikut bunuh diri.
Setelah ayah dan anaknya dibunuhnya, kemudian disusul bunuh diri sang istri, perasaan gelisah, takut tersaingi pun tak kunjung hilang. Theseus sengaja membandingkan dirinya dengan riwayat Oedipus. Kekhawatiran-kekhawatiran itu ialah , ia cemburu kan Oedipus yang seorang raja Thebes juga memiliki Attika yang dimilikinya. Selain itu, ia juga merasa cemburu kepada sang ayah secara tidak langsung menunjuk Oedipus yang telah merebut Attika (yang dianggapnya sang ibu) karena jasadnya dikuburkan di Attika, bukan di Thebes.
Theseus tidak mau orang lain juga memiliki apa yang telah dimilikinya. Ia ingin diakui sebagai seseorang yang paling hebat dan dipuji sepenuhnya tanpa disbanding-bandingkan denga orang lain. Oleh karena itu Theseus tidak segan-segan menyingkirkan bahkan membunuh orang-orang yang dianggapnya merebut apa yang dimilikinya sekalipun orang itu adalah orang-orang yang sangat dicintainya. Saat itulah puncak krisis yang dialami oleh Theseus. Sehingga dapat ditarik simpulan bahwa keadaan social tokoh utama yaitu Theseus dengan latar belakang kehidupannya tersebut dapat membentuk karakter serta sebuah krisis yang sering muncul terhadap diri Theseus, meskipun ia selalu bisa lepas dari krisis tersebut namun selalu menimbulkan dampak yang negative terhadap kehidupannya maupun kehidupan orang lain. Menurut kajian Psikososial,disebutkan bahwa hal ini dapat dilawan dengan enam hal positif yaitu mengontrol impuls-impuls agresif,memperoleh dorongan emosional dan social serta menjadi lebih independen,meningkatkan keterampilan-keterampilan social, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar mengekspresikan perasan-perasaa dengan cara-cara yang lebih matang,mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin,memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai,meningkatkan harga diri. Hal ini diharapkan mampu mengatasi beberapa krisis-krisis yang terjadi pada tiap orang menurut kajian psikososial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar