Rabu, 23 Oktober 2013

Novel Theseus


Rounded Rectangle: Nama  :  Dia n  Karina  r
Kelas  :  pc’08
Nim  :  082074255
 


Perwatakan Tokoh Utama pada Novel Theseus
Ditinjau dari Kajian Psikososial
           
I.                   Perkembangan Psikologis Tokoh Utama
Dalam novel ini yaitu Theseus ketika masa kanak-kanaknya memang sudah menginginkan kebebasan penuh tanpa adanya larangan atau rintangan dari pihak manapun yang bisa menghalangi kehendaknya. Ingin mencari kelembutan, belaian sang ibu yang selama ini dicurahkan kepada alam yaitu dengan cara mengelus-elus buah-buahan, dan kulit kayu yang lunak, batu licin di tepi laut, bulu anjing dan kuda. Namun hal itu tidak bertahan lama karena mendapat larangan dari ayahnya. Inilah kali pertama Theseus merasa cemburu kepada ayahnya sendiri yang dianggapnya menjadi penghalang luapan cinta kasihnya kepada belaian sang ibu yang dicurahkan kepada buah-buahan , goyangan rumput, batu licin di tepi laut, kulit kayu yang lunak, bulu anjing dan kuda yang melambangkan kelembutan seorang wanita. Wanita merupakan sumber kekuatan sekaligus keemahan Theseus. Setiap Theseus berjuang agar terbebas dari seorang wanita, Theseus akan terbelenggu dalam ikatan wanita lain. Theseus hanya ingin bersenang-senang dengan wanita yang ia kehendaki tanpa ada ikatan apa-apa yang bisa merenggut kebebasannya.
Dalam perjalanannya ke Atena, Theseus bertemu dengan salah seorang wanita dan kemudian jatuh cinta, Pyregone namanya. Pyregone adalah sosok wanita yang tinggi dan lemah gemulai. Namun ayah pyregone sudah dibunuh olehnya. Sebagai tebusannya, Theseus memberikan seorang anak kepada Pyregone yang bernama Menalip. Seiring berjalannya waktu, Menalip dan Pyregone pun ditinggalkannya untuk meneruskan perjalanannya agar tidak terlambat. Karena Theseus adalah seorang yang merasa tak peduli lagi dan tak punya hubungan apa-apa dengan yang sudah dikerjakan. Dia menganggap bahwa yang paling bahaya adalah apa yang sedang kutunggu, bukan apa yang sudah kuselesaikan (halaman 12). Ketika Theseus pergi ke pulau Kreta untuk membunuh Minotaur (anak dari permaisuri pulau kreta dengan sapi yang menjelma Zeus) yang tak karuan wujudnya karena perpaduan antara binatang dan manusia. Di pulau itu, Theseus mengalami banyak kejadian diantaranya yaitu ketertarikannya dengan Phaedra (bungsu raja dan permaisuri pulau itu), permasalahannya dengan Ariadne (kakak Phaedra) yang mau berusaha menghalangi kebebasan Theseus, memasuki labyrinth (tempat tinggal Minotaure), dan sebagainya. Tetapi dengan segala upayanya, dia berusaha mengatasi masalahnya termasuk mempertahankan kebebasannya dari segala hal yang merintang meskipun cara yang dilakukan harus mengkhianati Ariadne, lebih-lebih raja Minos (ayah Ariadne) yang selama ini telah berbaik hati kepada Theseus.
Dari dalam Labyrinth, dia berhasil keluar dan berhasil membawa teman-temannya yang sudah terperangkap disana termasuk Pirithous. Kepada Pirithous lah dia menceritakan segala permasalahannya yang diantaranya yaitu cinta dan dendamnya kepada Ariadne, ketergila-gilanya kepada Phaedra meskipun dia belum mencapai usia remaja.
Suatu ketika Pirithous membuat suatu tipu daya untuk mencapai apa yang diinginkan Theseus sebenarnya yaitu memiliki Phaedra tanpa adanya rintang sang kakak, Ariadne. Rencana itu pun dijalankan dan berhasil. Theseus berhasil mendarat di Attika dan membawa Phaedra pulang setelah menurunkan kakaknya di pulau Naxos.
Ketika mendarat di Attika, dan ayah Theseus, Aegeus, tahu bahwa bendera layarnya berwarna hitam, Aegeus langsung menjatuhkan dirinya ke laut dan meninggal. Secara sengaja oleh alam tak sadarnya, Theseus tidak ingin mengganti bendera layar itu menjadi putih bila menang dan hitam bila kalah sesuai dengan perjanjian dengan sang ayah.
Secara tak langsung, hal itulah yang memang diinginkan oleh Theseus karena kecemburuannya terhadap sang ayah yang selama ini menjadi perintangnya dalam merasakan jamahan sang ibu yang diwujudkannya dengan alam sebagai penyalur hasrat libidonya. Salain hal itu, selama malam terakhir dalam perjalananya mendarat di Attika, Theseus bermimpi menjadi raja Attika. Hari itu adalah merupakan hari besar bagi bagi rakyat dan Theseus karena mereka kembali dengan selamat dan naik tahta dan hari berkabung karena kematian sang ayah, Aegeus.  Setelah itu, Theseus mengawini Phaedra dan Attika sekaligus. Namun, setelah mempunyai anak yang bernama Hippolitus, kegelisahan dan narsismenya kambali lagi. Sosok sang ayah yang selama ini menjadi penghalang akan kebebasannya kini dilihatnya pada anaknya. Yang membuat kecemburuan Theseus kepada anaknya sendiri yaitu Hippolitus akan merebut sang ibu yang diwujudkan dalam sosok Phaedra. Oleh karena itu Theseus membiarkan anaknya disusui oleh Antiope, ratu Amazone, perempuan yang bersusu satu itu. Hal lain yang memicu kecemburuannya yaitu Hippolitus berbudi luhur, mulia dan menjauhi kehidupan duniawi, lain sekali dengan Theseus. Hal itu membuatnya melihat sosok ayahnya kembali dan menjelma menjadi Hippolitus. Selain itu, Thesesus secara tak sadar mungkir dari kenyataan bahwa dirinya sudah tua dan sekaligus menyadari bahwa dirinya tidak akan menang merebut hati sang ibu. Karena hal-hal tersebutlah akhirnya Theseus membunuh anaknya sendiri. Setelah mengetahui semuanya, istrinya pun ikut bunuh diri.
Setelah ayah dan anaknya dibunuhnya, kemudian disusul bunuh diri sang istri, perasaan gelisah, takut tersaingi pun tak kunjung hilang. Theseus sengaja membandingkan dirinya dengan riwayat Oedipus. Kekhawatiran-kekhawatiran itu ialah , ia cemburu kan Oedipus yang seorang raja Thebes juga memiliki Attika yang dimilikinya. Selain itu, ia juga merasa cemburu kepada sang ayah secara tidak langsung menunjuk Oedipus yang telah merebut Attika (yang dianggapnya sang ibu) karena jasadnya dikuburkan di Attika, bukan di Thebes. Theseus tidak mau orang lain juga memiliki apa yang telah dimilikinya. Ia ingin diakui sebagai seseorang yang paling hebat dan dipuji sepenuhnya tanpa disbanding-bandingkan denga orang lain. Oleh karena itu Theseus tidak segan-segan menyingkirkan bahkan membunuh orang-orang yang dianggapnya merebut apa yang dimilikinya sekalipun orang itu adalah orang-orang yang sangat dicintainya.

II.                Kajian Psikososial
Berawal dari sebuah kajian psikososial sendiri yaitu pada hakikatnya manusia mengalami perubahan-perubahan yang dramatis,baik dalam fisik maupun kognitif. Perubahan-perubahan fisik dan kognitif mereka ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan psikososial mereka. Dalam Psikologi,menurut Erikson (dalam Cremers,1989) “ seseorang berawal dari pencarian identitas sehingga mereka berusaha “menjadi seseorang”,yang berarti berusaha mengalami diri sendiri ”AKU” yang bersifat sentral,mandiri,unik,yang memunyai suatu kesadaran akan kesatuan bainnya, sekaligus juga berarti menjadi “seseorang”yang diterima dan diakui oleh banyak orang.” Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa orang yang sedang mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan “siapakah” atau “apakah”yang diinginkannya pada masa mendatang. Bila mereka memperoleh identitas,maka ia akan menyadari cirri-ciri khas kepribadiannya, seperti kesukaan atau ketidaksukaannya,aspirasi,tujuan masa depan yang diantisipasi,perasaan bahwa ia dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya. Teori psikososial oleh Erikson, ia membagi perkembangan manusia berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Berikut ini adalah tahap perkembangan psikososial Erikson




Tabel
Tahap-tahap Perkembangan Psikososial Erikson
Tahap Psikososial
Usia kira-kira
Kepercayaan vs ketidakpercayaan
Otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu
Inisiatif vs rasa bersalah
Ketekunan vs rasa rendah diri
Identitas dan kebingungan peran
Keintiman vs isolasi
Generativitas vs stagnasi
Integritas ego vs keputusan
Lahir – 1 tahun
1-3 tahun
4-5 tahun
6-11 tahun
12-20 tahun
20-24 tahun
26-25 tahun
65 tahun- mati

Masing-masing tahap terdiri atas tugas perkembangan yang khas, mengharuskan individu menghadapi suatu krisis. Krisis ini bagi Erikson bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi yang memunyai kutup positif dan negative. Semakin berhasil individu mengatasi krisis,akan semakin sehat perkembangannya (Santrock,1995). Disamping itu, Erikson juga menyebutkan bahwa selama masa-masa sulit yang dialami remaja, ternyata ia berusaha merumuskan dan mengembangkan nilai kesetiaan (komitmen),yaitu kemampuan untuk mempertahankan loyalitas yang diikrarkan dengan bebas meskipun terdapat kontradiksi-kontradiksi yang tak terelakkan diantara system-sistem nilai.
III.             Perwatakan Tokoh Utama (Theseus) dalam Kajian Psikososial
Berdasarkan perkembangan analisis psikologi Theseus pada subbab pertama,telah dijelaskan bahwa Theseus adalah seorang tokoh yang sangat menginginkan kebebasan dalam bertingkah laku,karena bila melihat latar belakang lahirnya Theseus ini juga berawal dari keluarga kerajaan Athena, Theseus adalah sepupu dari Hercules. Ia anak dari raja Athena. Sebelum raja Athena pulang ke Athena, ia meletakkan pedang dan sandalnya di bawah batu karang besar, jika theseus sudah cukup kuat, ia harus mengangkat batu itu serta membawa pedang dan sandal kepada rajanya di Athena. Ketika Theseus berusia 16 tahun, ia dgn mudah mengangkat batu itu dan mengambil barang-barang milik ayahnya. Tidak lama kemudian Theseus memulai perjalanannya ke Athena untuk menghadap ayahnya, Raja Aegeus. Ini adalah sedikit riwayat kelahiran tokoh utama. Hal inilah yang dapat menghubungkan keadaan psikologi Theseus dengan perkembangan watak Theseus bila dipandang dari segi psikososialnya. Seperti yang telah dipaparkan pada halaman pertama novel Theseus tersebut, ia berkata kepada anaknya yang bernama Hippolytus bahwa “Memang pertama kali manusia harus mengenal siapa dia. Sesudah itu baik juga kita hayati dan kita ambil dengan tangan apa yang telah ditinggalkan sebagai warisan buat kita. Sama saja engkau menyukainya atau tidak,engkau sekarang, seperti aku sebelummu, adalah anak raja. Tak ada jalan akan dapat mengelak dari itu. Itu kenyataan. Itu suatu kemestian.”  Dari perkataannya menandakan bahwa ia telah berhasil membuka identitas dirinya bahwa ia adalah seorang putra raja Athena, dan ia tidak punya pilihan lain untuk tidak menjadi raja kelak masa depannya. Krisis yang dialami Theseus ini sudah ada sejak ia lahir, keberadaanya tidaklah jelas karena factor keadaan saat itu penuh dengan peperangan. Sehingga ia disangka bukanlah anak dari Aegeus,melainkan anak dewa Poseidon. Sampai ia beranjak usia berusia 16 tahun, ia dgn mudah mengangkat batu itu dan mengambil barang-barang milik ayahnya. Di pinggiran kota Athena terdapat sejumlah rumah kecil yang didiami orang-orang Phitalid, kaum pekerja keras yang hidup sederhana. Mereka adalah keturunan Phitalus yang konon pernah menjamu Demeter di rumahnya saat dewi itu berkelana mencari putrinya Persephone yang diculik Hades. Kehangatan dan keramahan Phitalus saat menjamu tamu-tamunya masih mengalir dalam darah keturunannya. Mereka tidak akan membiarkan para pengelana lewat tanpa mengundangnya untuk berisitirahat dan menjamu mereka. (Dalam adat istiadat Yunani Kuno ada aturan keramah tamahan bagi setiap orang untuk menjamu setiap pelancong yang lewat). Demikian juga Theseus yang melintasi tempat tersebut, ia disediakan tempat untuk beristirahat dan diberi jamuan makan. Theseus kemudian menceritakan darimana asalnya dan bagaimana ia sampai di Athena setelah melewati jalan yang dulunya penuh dengan perampok, tetapi kini telah ia amankan.  Orang-orang Phitalid kagum mendengarnya dan menawarkan untuk menyucikan kembali Theseus dari dosa pembunuhan berdarah. Setelah Theseus dimandikan di sungai Kephisos dan diberi baju bersih, ia meninggalkan kediaman orang-orang Phitalid dan berjalan masuk ke dalam kota Athena. Sementara, kabar ada anak muda yang telah menumpas habis para bandit dengan cepat menyebar ke seluruh kota dan sampai ke telinga Aegeus, sang raja Athena. Saat Theseus sampai di istananya, ia telah bersiap menyambut kedatangan pemuda yang ia tidak tahu adalah putranya sendiri. Lagipula, Aegeus tidak pernah mendengar kabar Aithra benar-benar melahirkan anaknya atau tidak. Tetapi Medea yang kini sudah menjadi ratu Athena dan istri Aegeus, mengetahui siapa Theseus sebenarnya. Dan kalau sampai Theseus diangkat menjadi raja Athena, Medea tidak akan bisa memerintah Athena yang ia sudah idam-idamkan sebelumnya. Dengan licik, Medea membohongi Aegeus dengan mengatakan Theseus adalah mata-mata yang dikirimkan oleh keluarga Pallas, saudara Aegeus yang juga mengincar takhta Athena, untuk membunuhnya. AgarAegeus selamat dari pembunuhan, Medea akan menaruh beberapa tetes racun serigala, racun yang paling mematikan, di cawan tempat minum Theseus. Aegeus menyetujui rencana Medea, tetapi entah kenapa hatinya merasa tidak tenang sehingga ia tidak berani memandang Theseus secara langsung walaupun pemuda itu duduk tepat di sampingnya. Saatnya tiba untuk minum bersama dan adat pada zaman itu mengharuskan semua orang untuk mengangkat cawannya sebelum minum, termasuk Theseus. Setelah bersulang, Theseus kemudian menurunkan cawannya dan mendekatkannya ke bibirnya. Aegeus semakin merasa tidak nyaman dan Medea melirik Theseus dengan senyum kemenangan. Tetapi Aegeus yang salah tingkah menghentikan cawan Theseus tepat sebelum ia meneguknya. Pemuda itu tak habis pikir kenapa raja Athena itu tampak begitu gelisah. Ia memutuskan untuk menaruh cawan yang belum sempat diteguknya dan mengeluarkan pedang yang ia bawa sebagai bukti ia adalah putra Aegeus… Aegeus melihat pedang itu dan tercengang kaget. Pedang itu adalah pedang yang telah disembunyikannya bertahun-tahun lampau di bawah sebongkah batu besar di Troizenos setelah ia melewatkan malam bersama Aithra. Ia melirik sandal yang dipakai Theseus dan ia mengenali sandal yang dipakai pemuda itu. Aegeus segera menepis cawan Theseus hingga jatuh ke lantai dan memeluk pemuda itu erat-erat. Kali ini ia tidak ragu lagi bahwa Theseus benar-benar putranya. Sementara itu Medea menjerit dan langsung berlari ke luar istana, menghilang dari pandangan.  Sejak saat itu kabar mengenai dirinya tidak pernah terdengar lagi di Athena. Semua telah berakhir untuknya dan semua orang tidak mempedulikannya karena tidak ada yang menyukai penyihir itu. Kemudian, di hadapan seluruh rakyatnya, Aegeus mengumumkan bahwa Theseus adalah putranya yang akan mewarisi takhta Athena. Dan pesta besar selama berhari-hari diselenggarakan di Athena untuk merayakan kedatangan pahlawan perkasa dan calon raja Athena ini. Jelas bahwa Theseus mengalami masa krisis semenjak ia masih kecil hingga dewasa.
Pada tahap perkembangan psikososial Theseus yaitu pada saat kepercayaan vs ketidakpercayaan terjadi saat ia meragukan ia berasal dari seorang ibu siapa, ia beranggapan bahwa ia adalah anak dewa yaitu Poseidon. Namun hal itu dibuktikan oleh beberapa fakta yang ada pada cerita tersebut bahwa ia adalah benar-benar anak Aegeus. Saat itu Theseus memutuskan untuk menaruh cawan yang belum sempat diteguknya dan mengeluarkan pedang yang ia bawa sebagai bukti ia adalah putra Aegeus… Aegeus melihat pedang itu dan tercengang kaget. Pedang itu adalah pedang yang telah disembunyikannya bertahun-tahun lampau di bawah sebongkah batu besar di Troizenos setelah ia melewatkan malam bersama Aithra. Ia melirik sandal yang dipakai Theseus dan ia mengenali sandal yang dipakai pemuda itu. Sedangkan tahap otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu ini, dialami oleh Theseus pada saat ia harus berhadapan dengan sikap ayahnya yang memaksakan kehendak bahwa ia kelak harus menjadi penerus ayahnya sebagai raja Athena berikutnya. Meskipun ia mengalami rasa ragu yang cukup besar namun ia mampu melewati masa krisis ini dengan membuktikan kepada ayahnya bahwa ia layak menduduki tahta. Usaha pertama sudah ia lakukan yaitu ketika ayahnya menyuruh untuk mengangkat batu-batu besar untuk mencari senjata di bawah tanah yang telah disembunyikan oleh Poseidon. Dan Theseus pun mampu melewatinya dan ia tak menemukan senjata itu. Dan ayahnya pun mengatakan bahwa senjata itu tidaklah lebih penting dari sebuah kekuatan yang ia miliki untuk menghempas rintangan batu-batu besar tersebut. Hal inilah yang membuat sebuah kepercayaan ayahnya kepada Theseus agar ia mampu menjadi raja Athena. Selanjtunya adalah tahap inisiatif vs rasa bersalah, hal ini terjadi saat Theseus memulai perjalanannya ke Athena untuk menghadap ayahnya, Raja Aegus. Pada hari pertama perjalanan ia bertemu Periphetes, orang liar yg galak. Periphetes selalu membawa gada besi yg digunakan untuk membunuh siapa saja yg lewat dihadapannya. Dgn beberapa ayunan pukulan, Theseus mengalahkan orang liar itu dan mengambil gadanya.
Setelah itu Theseus bertemu dgn Sinis, putra Poseidon. makhluk jahat ini punya kebiasaan buruk mengikat para pelancong di puncak pohon pinus. lalu ia akan melengkungkan pohon itu hingga menyentuh tanah. Sinis kemudian melepaskan pohon pinus itu dan pada waktu pohon kembali melayang ke posisi tegak, korbannya akan terlempar ke udara. Namun Theseus ternyata dgn mudah menghajar Sinis. Di lereng Megaris, Theseus bertemi Sciron, manusia jahat yg memaksa pelancong mencuci kakinya, ketika pelancong menunduk Sciron akan langsung menendang mereka melewati tebing masuk ke dalam laut. Namun kali ini justru Theseus lah yg menendang Sciron menghantam batu karang. Salah satu petualangan yg terkenal terjadi ketika Theseus bertemu Procrustes. Procrustes memaksa korbannya berbaring di tempat tidur, jika orang yg tidur tubuhnya terlalu panjang daripada tempat tidurnya, raksasa itu memotong bagian tubuhnya, namun jika tubuh orang yg tidur itu terlalu pendek maka proscrustes akan menariknya supaya panjang. Theseus menangkap Proscrutes dan melakukan hal yang sama sebagai hukuman. Saat tiba di Athena, Theseus bertemu Medea yg merupakan istri baru ayahnya. Medea iri dan berusaha meracuni Theseus, tapi raja menyadari dan mencegah anaknya meminum racun itu. Aegus lalu membuang isterinya dari Athena. Saat ini Athena dalam kesulitan besar, karena dipaksa membayar upeti pada raja minos dari kreta. Bertahun-tahun yg lalu Minos mengalahkan Athena. ia mengancam akan membumi hanguskan kota kecuali tiap tahun 14 anak muda dikirim ke kreta sebagai mangsa Minotaur, monster bertubuh manusia dan berkepala sapi jantan.Theseus pun berjanji akan mengakhiri semua ini. Ketika tiba waktunya mengirim 14 anak muda, Theseus menawarkan diri utk pergi sebagai salah satu korban. Sebelum kapal berangkat menuju kreta dgn layar hitam, Theseus memberi tahu ayahnya jika ia berhasil menumpas minotaur, kapal yg kembali akan memasang layar putih, namun jika ia dikalahkan minotaur, layar hitam akan tetap berkibar. Ketika Theseus tiba di kreta, ia mengaku sebagai anak poseidon kepada Minos, untuk mmbuktikan pengakuan theseus, maka raja minos melempar cincinnya ke laut dan memerintahkan theseus mencarinya. Theseus pun menyelam untuk mencari dan kembali bukan hanya membawa cincin tapi juga mahkota emas milik isteri poseidon, raja Minos pun terkesan. Saat berada di kreta, Ariadne anak perempuan minos jatuh cinta pada theseus dan ariadne pun menolong theseus dalam penyelidikannya membunuh minotaur yg dikurung dalam labirin. Labirin ini sangat berliku-liku dan orang mudah tersesat, tapi ariadne memberi pedang untuk membunuh minotaur serta memberi benang untuk diikat di pintu masuk, sementara ia menyusuri koridor ia menguraikan benang, begitu ia membunuh binatang buas itu, ia dapat menemukan jalan keluar dgn menggunakan benang sebagai petunjuk. Misinya berhasil, Minotaur tewas, Theseus segera mengumpulkan ariadne dan ke 13 pemuda yg pergi bersamanya ke kreta lalu memasang layar ke Athena. Dalam perjalanan pulang ariadne di tinggal di pulau naxos karena dewi minerva memerintahkan Theseus melakukan hal itu.
Karena gembira atas kemenangannya menaklukkan Minotaur, Theseus lupa mengubah layar hitam kapalnya. ketika kapal mendekati pantai Athena, raja Aegus melihatnya dari pantai. Karena layar hitam masih berkibar di tiang, Aegus mengira Minotaur telah melahap anaknya. karena sedih raja Aegus menceburkan dirinya ke dalam laut. Dengan kematian ayahnya, Theseus menjadi raja Athena. ia adalah penguasa yg baik dan adil yg memberlakukan hukum yg bijaksana bagi rakyatnya. Meskipun ia berhasil menjadi raja, seperti apa yang diinginkan ayahnya, namun ia pasti sangat mengalami rasa bersalah yang luar biasa karena dengan keteledoran itu ia secara tidak langsung telah membunuh ayahnya sendiri. Pada tahap perkembangan ketekunan vs rasa rendah diri,
terjadi saat Theseus berada di pulau Kreta, Theseus mengalami banyak kejadian diantaranya yaitu ketertarikannya dengan Phaedra (bungsu raja dan permaisuri pulau itu), permasalahannya dengan Ariadne (kakak Phaedra) yang mau berusaha menghalangi kebebasan Theseus, memasuki labyrinth (tempat tinggel Minotaure), dan sebagainya. Tetapi dengan segala upayanya, dia berusaha mengatasi masalahnya termasuk mempertahankan kebebasannya dari segala hal yang merintang meskipun cara yang dilakukan harus mengkhianati Ariadne, lebih-lebih raja Minos (yah Ariadne) yang selama ini telah berbaik hati kepada Theseus. Hal ini juga ditunjukkan oleh sikap Theseus saat ia telah kembali ke Athena setelah ia belayar ke Naxos untuk menghilangkan rasa cintanya kepada Ariedne dan menaruhnya di pulau itu, dan sejak itu pula ia menjaga kesetiaan kepada Phaedra, perempuan dan negeri ini telah dikawini bersama-sama.Aku seorang suami. Kerajaan pindah ke tanganku melalui waris. Aku berkata pada diriku,zaman petualangan sudah usai. Yang penting sekarang bukan menaklukkan tapi yang penting ialah menguasai.(halaman 52) Begitu ia perjuangkan untuk mendapatkan wanita yang ia cintai, hal ini juga tidak lepas dari salah satu factor kehilangan   identitas seorang ibu bagi dia dan kebingungan mencari peran seorang ibu dalam hidupnya. Tahap keintiman vs isolasi, dan sejak itu pula ia menjaga kesetiaan kepada Phaedra, perempuan dan negeri ini telah dikawini bersama-sama.Aku seorang suami. Kerajaan pindah ke tanganku melalui waris. Aku berkata pada diriku,zaman petualangan sudah usai. Yang penting sekarang bukan menaklukkan tapi yang penting ialah menguasai.(halaman 52). Semenjak itulah seorang Theseus yang selalu bersenang-senang dengan wanita memutuska untuk menetap pada satu hati seorang wanita yang ia cintai.Hal itu juga dikarenakan tahap generativitas vs stagnasi telah timbul padanya seiring bertambahnya usia Theseus untuk memilih menetap di tempat kelahirannya sekaligus menjadi kepala pemerintahan di sana seperti apa yang diinginkan oleh ayahnya dan menetap bersama istri dan anaknya. Terakhir adalah tahap integritas ego vs keputusan, yaitu memasuki usia tua hingga akhir hayatnya. Hal ini adalah masa puncak krisis yang dialami oleh Theseus, ketika itu ia kehilangan rasa kepercayaannya kepada istri dan anak kandungnya sendiri, sehingga rasa ego yang timbul berlebihan pada Theseus, hingga berujung pada kematiannya beserta keluarga lainnya. Hal tersebut dibuktikan pada halaman 59 kecemburuan Theseus kepada anaknya sendiri yaitu Hippolitus akan merebut sang ibu yang diwujudkan dalam sosok Phaedra. Oleh karena itu Theseus membiarkan anaknya disusui oleh Antiope, ratu Amazone, perempuan yang bersusu satu itu. Hal lain yang memicu kecemburuannya yaitu Hippolitus berbudi luhur, mulia dan menjauhi kehidupan duniawi, lain sekali dengan Theseus. Hal itu membuatnya melihat sosok ayahnya kembali dan menjelma menjadi Hippolitus. Selain itu, Thesesus secara tak sadar mungkir dari kenyataan bahwa dirinya sudah tua dan sekaligus menyadari bahwa dirinya tidak akan menang merebut hati sang ibu. Karena hal-hal tersebutlah akhirnya Theseus membunuh anaknya sendiri. Setelah mengetahui semuanya, istrinya pun ikut bunuh diri.
Setelah ayah dan anaknya dibunuhnya, kemudian disusul bunuh diri sang istri, perasaan gelisah, takut tersaingi pun tak kunjung hilang. Theseus sengaja membandingkan dirinya dengan riwayat Oedipus. Kekhawatiran-kekhawatiran itu ialah , ia cemburu kan Oedipus yang seorang raja Thebes juga memiliki Attika yang dimilikinya. Selain itu, ia juga merasa cemburu kepada sang ayah secara tidak langsung menunjuk Oedipus yang telah merebut Attika (yang dianggapnya sang ibu) karena jasadnya dikuburkan di Attika, bukan di Thebes.
Theseus tidak mau orang lain juga memiliki apa yang telah dimilikinya. Ia ingin diakui sebagai seseorang yang paling hebat dan dipuji sepenuhnya tanpa disbanding-bandingkan denga orang lain. Oleh karena itu Theseus tidak segan-segan menyingkirkan bahkan membunuh orang-orang yang dianggapnya merebut apa yang dimilikinya sekalipun orang itu adalah orang-orang yang sangat dicintainya.
Saat itulah puncak krisis yang dialami oleh Theseus. Sehingga dapat ditarik simpulan bahwa keadaan social tokoh utama yaitu Theseus dengan latar belakang kehidupannya tersebut dapat membentuk karakter serta sebuah krisis yang sering muncul terhadap diri Theseus, meskipun ia selalu bisa lepas dari krisis tersebut namun selalu menimbulkan dampak yang negative terhadap kehidupannya maupun kehidupan orang lain. Menurut  kajian Psikososial,disebutkan bahwa hal ini dapat dilawan dengan enam hal positif yaitu mengontrol impuls-impuls agresif,memperoleh dorongan emosional dan social serta menjadi lebih independen,meningkatkan keterampilan-keterampilan social, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar mengekspresikan perasan-perasaa dengan cara-cara yang lebih matang,mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin,memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai,meningkatkan harga diri. Hal ini diharapkan mampu mengatasi beberapa krisis-krisis yang terjadi pada tiap orang menurut kajian psikososial.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar