Filsafat Ilmu
- Fenomena perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini apa yang dapat saudara rasakan, fenomena-fenomena tersebut jelaskan berbagai dampak positif dan negatif?
Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan bersumber dari ilmu filsafat. Sehingga jika terjadi pada
ilmu pengetahuan seharusnya diikuti dengan ilmu filsafat juga. Tetapi
kenyataannya tidak semua perkembangan ilmu pengetahuan dapat dijelaskan dengan
ilmu filsafat. Bukan karena kedua hal tersebut memiliki perbedaan yang sangat
jauh, tetapi justru ilmu pengetahuan yang merasa atau beranggapan masih bayak
yang perlu dipelajari dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga membuat jarak
yang semakin jauh antara ilmu pengehuan dan ilmu filsafat, yang nantinya
anggapan tersebut dikenal dengan ilmu terapan. Dan akan semakin berkembang
menjadi teknologi, misalnya penemuan mesin uap oleh Jamess Watt yang mendorong
tercetusnya revolusi industri di Inggris pada awal abad 18.
Contoh tersebut merupakan bukti dari sebuah perkembangan
ilmu pengetahuan yang cukup berpengaruh dari ilmu tersebut, tetapi perkembangan
tersebut tidak dapat dijelaskan oleh ilmu filsafat. Karena tidak mungkin sebuah
mesin dapat mendorong terjadinya revolusi menurut pandangan ilmu filsafat.
Walaupun perkembangan itu sebenarnya bukan berasal dari ilmu pengetahuan
sepenuhnya, tetapi justru masih terkait dengan ilmu filsafat yaitu dari
tokoh-tokoh yang menjadi sumber ilmu pngetahuan adalah tokoh-tokoh yang juga
menjadi pemikir dari ilmu filsafat, yaitu Rene-Descrates, Thomas Hobbes, Isaac
Newton, Charles Darwin, Hegel dan August Comte. Sehingga walau jarak antara
ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan cukup jauh, mereka tidak dapat dipisahkan
secara langsung.
Sehingga seberapa besar ilmu pengetahuan pasti tidak akan
lepas dari campur tangan ilmu filsafat. Namun, sesungguhnya mengenai
perkembangan ilmu filsafat ada yang lebih memprihatinkan dari perkembangan ilmu
itu sendiri yaitu dampak terhadap
peradaban manusia. Dampak tersebut begitu banyak yang muncul seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dampak yang muncul bermacam-macam, ada
yang berdampak positif dan negatif.
Dampak positif yaitu dampak yang dapat dirasakan secara
langsung yang memiliki sifat dan manfaat bagi peradaban manusia. Contohnya,
begitu banyak munculnya pemikiran-pemikiran para filosofi,yang diawali
Rene-Descartes atau Cartesius dengan ilmu pasti yaitu system koordinat yang
terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar (Orthogonal Coordinat
System). Pentingnya sistem yang dikemukakan Descrates terletak pada diciptakannya
antara ilmu ukur dibidang datar dengan aljabar yang memiliki hubungan, sehingga
ilmu tersebut akan berguna pada perhitungan bidang datar yang rumit sekalipun.
Dan masih banyak pemikir filsafat yang lain dan beserta penemuannya. Maka
sesungguhanya manfaat dari pekembangan ilmu pengetahuan ini akan memudahkan
setiap kegiatan manusia.
Namun selain ada dampak positif, perkembangan ilmu
pengetahuan juga dapat mendatangkan dampak negatif. Dampaknya dapat dirasakan
secara langsung namun membawa kerusakan dan kehancuran bagi peradaban manusia.
Misalnya, tindakan peledakan bom, karena sesungguhnya bom itu adalah model atau
bentuk dari perkembangan ilmu pengetahuan, sedangkan tindakan atau perilaku
tersebut dapat dikelompokan sebagai gejala patologi sosial yang disebut agresi
social. Dengan demikian tindakan peledakan bom akan mendatangkan kerusakan bagi
kehidupan manusia sekitar dan menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah atau
bangunan bernilai seni, dapat mengganggu kinerja pemerintahan.
- Mengapa gejala atau kecendrungan spesialisasi muncul saat ini?
Pada dasarnya spesialisasi ilmu pengetahuan muncul
disebabkan karena ilmu pengetahuan memiliki metode, obyek, dan tujuan
masing-masing. Sehingga jika hanya mempelajari ilmu pengetahuan secara umum
akan mendatangkan begitu banyak polemik bagi orang itu sendiri. Sebab sebuah
ilmu pengetahuan akan diterima oleh masyarakat harus memerlukan sebuah
penjelasan terperinci tentang ilmu pengetahuan tersebut agar masyarakat umum mudah
memahami bukan hanya masyarakat tertentu saja. Misalnya biokimia dan kimia
umum, keduanya memiliki ‘Hukum’ yang dapat dikatakan sama, tetapi seorang
sarjana biokimia perlu pengetahuan susunan dan bekerjanya organisme-organisme
yang tidak dituntut bagi seorang ahli kimia organik.
Sehingga mengakibatkan spesialisasi muncul saat ini adalah
dampak dari adanya kepentingan manusia. Karena ada anggapan bahwa penerapan ilmu
pengetahuan yang menyeluruh tidak semuanya bermanfaat namun setelah adanya
spesialisasi maka akan lebih bermanfaat bagi manusia, bahkan sebaliknya yaitu
ada yang mengancam manusia.
Dengan dasar anggapan
tersebut spesialisasi ilmu pengetahuan diharapkan dapat mengatasi
persoalan-persoalan bagi ilmuwan sendiri dan bagi dunia, karena dunia tempat
ilmu pengetahuan dipraktekkan “demi kepentingan manusia”
- Apa solusi yang dapat ditawarkan secara filosofi?
Solusi disini adalah solusi yang ditawarkan mengenai
adanya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
spesialisasi ilmu pengetahuan memiliki begitu banyak masalah yang muncul
bersamaan dengan munculnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Masalah yang paling
dekat adalah masalah yang berasal dari orang yang mempelajari ilmu pengetahuan
yang sudah mengalami spesialisasi. Mereka menganggap bahwa ilmu pengetahuan
yang dipelajari lebih lengkap dan mandiri dari ilmu pengetahuan secara umum.
Jika menghadapi permasalahan tersebut adalah dengan diberikannya fasilitas
mengenai ilmu pengetahuan tersebut, sehingga dia dapat mendalami ilmu
pengetahuan yang telah dimiliki dan berharap dapat dihasilkan sebuah penemuan
yang dapat dipelajari oleh orang lain, dari penemuan tersebut maka akan dapat
dibandingkan dengan konsep dari ilmu pengetahuan secara umum.
Dari akibat tersebut akan memunculkan akibat yang lebih
cepat penanganannya, yaitu mengenai penerapan dari ilmunya sendiri yang kurang
mempertimbangkan akibat-akibatnya. Sehingga solusinya dengan cara membandingkan
hasil dari ilmu pengetahuan spesialisasi yang telah dimiliki dengan hasil dari
ilmu pengetahuan secara umum, sehingga
nantinya akan diketahui apakah metode, obyek, dan tujuan dari ilmu pengetahuan
miliknya dapat diterapkan sebagaimana mestinya. Dengan mengetahui metode,
obyek, dan tujuan yang tepat, maka secara tidak langsung sudah memberikan
solusi mengenai penerapannya. Dengan adanya kecenderungan spesialisasi tersebut
akan menghasilkan sebuah sitesis antara bidang ilmu satu denga bidang ilmu
lainnya. Dan dari hasil sintesis ini akan menghasilkan bidang ilmu baru atau
bentuk penemuan-penemuan lain yang lebih sempurna.
- Basis-basis eksistensi ilmu. Jelaskan fungsi masing-masing dalam kerangka eksistensi suatu ilmu?
Setiap ilmu itu berasal dari setiap
pemikiran seseorang, namun pada dasarnya pemikiran itu terdiri atas postulat,
asumsi, dan prinsip. Pemikiran tersebut berawal dari postulat. Postulat itu
memiliki arti sebagai anggapan dasar konseptual tentang sesuatu wujud yang
dipandang dari sudut pandang tertentu tentang sesuatu. Postulat merupakan cara
ilmuwan untuk melihat sesuatu hal sebelum memulai untuk menganalsis hal
tertentu. Pemikiran kedua yaitu asumsi.
Asumsi
yaitu anggapan mengenai cara pandang dan kondisi dari sesuatu yang sudah dilihat pada awalnya.
Asumsi adalah sebuah pernyataan yang harus diverifikasikan atau dijelaskan
kebenarannya apakah materi yang dikandung pernyataan tersebut sesuai dengan
kenyatan atau tidak. Sehingga jika pada postulat bisa atau tidak diterima
secara langsung, namun pada asumsi harus memerlukan penjelasan lebih dalam
mengenai sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya.
Tahap terakhir adalah prinsip. Prinsip merupakan pemikiran dasar
dalam mengembangkan tubuh pengetahuan teoretis. Sehingga pada akhirnya prinsip
itu menentukan bermanfaat atau merugikan bagi kehidupan sebuah penemuan itu
sendiri. Namun tetap memerlukan sebuah penjelasan yang mendalam karena prinsip
juga merupakan pernyataan yang menghubungkan seperangkat postulat dan asumsi,
supaya nantinya dapat diterima oleh masyarakat.
- Bentuk implementasi masalah basis eksistensi dalam penerapan dan pengembangan ilmu?
Pada dasarnya, pemikiran sebelum
menjadi ilmu akan membutuhkan waktu dan tenaga yang harus dikorbankan ditambah
lagi dengan masalah yang harus diselesaikan sebelum akhirnya ilmu tersebut diterima
oleh masyarakat. Sebelum postulat diterima oleh masyarakat, masyarakat masih
beranggapan para pemikir hanya memiliki hak atas pemikirannya. Sehingga tidak
ada yang memberikan penolakan terhadap pemikiran itu, karena pemikir pada saat
itu masih jarang dan tidak ada pertentangan antar satu pemikir dengan yang lain
maka pada akhirnya masyarakat mampu menerima postulat tersebut. Contoh implementasinya adalah postulat dalam ilmu
ekonomi. Dalam ilmu ekonomi manusia dipostulatkan sebagai ’makhluk yang membutuhkan
benda agar ia mampu hidup dan berkehidupan’. Benda adalah ’wujud yang dapat
memuaskan kebutuhan manusia’. Dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan benda
tersebut diperlukan pengorbanan untuk mendapatkan ’benda ekonomi’ yang
dipostulatkan sebagai kegiatan ekonomi yakni ’kegiatan manusia dalan rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya’. Sedangkan jika diterapkan dalam ilmu pendidikan
Namun pada ranah asumsi, mulailah
masyarakat memiliki pernyataan yang boleh dikatakan menentang dari pemikiran
tersebut. Sebuah asumsi harus mengacu pada realitas supaya masyarakat dapat
menilai asumsi tersebut sesuai atau tidak dengan kenyataan di sekitar. Contoh
implementasinya adalah saat di luar negeri orang berasumsi bahwa ’pendidikan
tinggi cukup memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif (anggapan tipe 1),
sebab mereka beraggapan bahwa ’pendidikan menengah telah cukup membentuk
pendidikan afektif sehingga tidak diperlukan lagi’ (anggapan tipe 2). Dengan
demikian mereka juga menganggap bahwa ’program pascasarjana adalah perluasan
dan pendalaman wawasan pengetahuan teoretis’ (anggapan tipe 3). Mereka
menganggap bahwa ’program pendidikan sarjana telah cukup membentuk kemampuan
metodologis sehingga tidak perlu diperkuat lagi’ (anggapan tipe 2). Beberapa
anggapan tersebut tidaklah perlu lagi diverifikasi secara empiris melainkan
hanya cara pandang tersebut bisa ditolak atau tidak berdasarkan fakta empiris.
Karena di dunia sosial jarang ada pernyataan yang berlaku secara universal
berlaku dimana saja da kapan saja. Karena mungkin saja sumsi ’x’ adalah benar
tetapi di tempat lain tidak. Pada tempat yang sama pada kurun waktu tertentu
mungkin asumsinya adalah benar, di tempat yang sama pada kurun waku yang
berlainan, kenyataannya telah berubah dan tidak lagi mendukung pernyataan itu.
Namun pada ranah prinsip masyarakat
memiliki hak untuk setuju atau tidak dengan pemikiran itu. Sebab prinsip itu
sesungguhnya boleh dikatakan bahan setangah jadi dari pemikiran, sehingga
dengan mudah masyarakat melihat dimana letak kekurangan atau kelebihan dari pemikiran itu. Setelah
pemikiran tersebut selesai diverifikasi yang nantinya merasakan dampak dari
pemikiran itu adalah masyarakat sendiri, jika nantinya dampak yang dihasilkan
dari pemikiran itu lebih kepada dampak negatif berarti masyarakat berhak untuk
menentang karena telah menyalahi dari dasar pemikiran yaitu ”demi kepentingan
manusia”. Sebagai contohnya adalah kita ambil prinsip ekonomi yaitu ’memperoleh
kepuasan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya’. Pada pembahasan
sebelumnya mengenai postulat ekonomi yaitu ’makhluk membutuhkan benda ekonomi
untuk memenuhi kebutuhannya’, dan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
diasumsikan sebagai ’makhluk hedonis’ yakni makhluk yang selalu berusaha
mendapatkan kenikmatan atau kepuasan yang sebesar-besarnya. Sehingga dalam hal
ini manusia dalam kegiatan ekonomi yaitu untuk memenuhi kebutuhannya dengan
pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan kepuasan yang
sebesar-besarnya. Dari hubungan tersebut didapatkan bahwa dalam prinsip ekonomi
yang terkenal tersebut yakni bagaimana manusia mempergunakan prinsip untuk
’mendapatkan kepuasan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang
sekecil-kecilnya’ dalam kegiatan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar