MATERI 3
MENULIS SURAT
3.1 Tujuan
Pelatihan
Dalam
kegiatan ini akan disajikan cara-cara menulis surat
resmi atau surat
dinas. Pembahasan cara menulis surat ini akan
dilakukan secara terpadu dalam uraian bagian-bagian surat,
kegunaan, dan cara mengisi bagian-bagian tersebut, serta contoh-contoh beberapa
surat resmi.
Pengetahuan
dan keterampilan ini sangat Anda perlukan. Oleh karena itu, tanpa penjelasan
yang cukup bisa jadi setiap komponen surat
hanya dianggap sebagai asesori, yang dapat diisi dan diletakkan dalam posisi
sesuka hati. Sebagai keterampilan, tanpa pelatihan yang memadai kemampuan
menulis surat
tidak akan dimiliki secara baik dan benar.
Materi
kegiatan ini diharapkan dapat membekali Anda dalam pengetahuan dan keterampilan
menulis surat
resmi. Dengan kata lain, setelah mempelajari materi ini Anda diharapkan dapat:
(1) menjabarkan bagian-bagian
surat resmi,
(2) menguraikan fungsi setiap
bagian surat,
(3) menunjukkan beberapa
contoh surat
resmi, dan
(4) menulis surat resmi secara baik dan benar.
3.2
Bagian-Bagian Surat
Surat merupakan komposisi yang
dibentuk oleh bagian-bagian surat.
Setiap bagian surat
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian itu akan efektif atau mempu
memberikan gambaran informasi yang lengkap jika disajikan secara tepat,
cxermat, jelas, sopan, dan menarik. Bagian-bagian surat dideskripsikan sebagai berikut.
A. Kepala Surat
(1) Nama Lembaga
(2) Alamat Lembaga
(3) Nama Kota
(4) Lambang/Logo Lembaga
B. Pembuka Surat
(5) Tanggal Surat
(6) Nomor Surat
(7) Lampiran
(8) Hal Surat
(9) Alamat Surat
(10)
Salam
Pembuka
C. Isi Surat
(11)
Paragraf
Pembuka
(12)
Paragraf
Isi
(13)
Paragraf
Penutup
D. Penutup Surat
(14)
Salam
Penutup
(15)
Nama
Penanggung Jawab
(16)
NIP;
NRM; NRP
(17)
Tanda
Tangan Penanggung Jawab
(18)
Cap
Lembaga
(19)
Tembusan-Tembusan
(20)
Inisial
3.2.1
Penulisan Kepala Surat
Kepala
surat biasanya
ditik di sebelah kiri atas. Boleh juga ditik di tengah-tengah. Kepala surat disusun (biasanya
sudah dicetak) dalam tampilan yang menaraik. Kepala surat
itu mencerminkan resminya sebuah surat.
Oleh karena itu, blangko surat
dinas tidak diperkenankan untuk bersurat-suratan secara pribadi. Kepala surat dapat berperan sebagai alamat (identitas) pengirim surat. Di bawah ini
disajikan beberapa contoh penulisan kepala surat.
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
Jalan Jenderal Sudirman, Pintu I
Senayan, Jakarta
Telepon
(021)581436, 581982, 581466, 581903
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
Kampus
Lidah Wetan, Telepon (031)7527527, Surabaya
Nama
lembaga diurutkan dari yang paling tinggi sampai pada lembaga yang mengeluarkan
surat. Nama
lembaga yang mengeluarkan surat
boleh dicetak dengan huruf tebal dan huruf yang berukuran besar. Lambang/logo
lembaga diletakkan di sudut kiri dan bersifat alternatif.
3.2.2
Penulisan Tanggal Surat
Tanggal
surat berfungsi untuk memberitahukan kepada
penerima surat kapan surat itu ditulis. Tanggal, bulan, tahun
harus ditulis secara lengkap. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
Yang tidak disarankan Yang
disarankan
12-2-2010 12 Februari
2010
12 Feb. 2010
12-Februari-2010
12 Februari ‘10
Di belakang angka tahun didak perlu
dibubuhkan tanda baca apa pun.
3.2.3
Penulisan Nomor Surat
Surat resmi selalu diberi (1)
nomor urut surat
yang dikirimkan (keluar), (2) kode, (3) bulan, dan (4) tahun. Nomor surat ditik satu baris dengan tanggal surat (bentuk lurus, setengah lurus, dan
resmi). Nomor surat sangat bermanfaat untuk (1)
memudahkan pengarsipan, (2) memudahkan pencarian kembali, (3) mengetahui jumlah
surat yang keluar, (4) mempermudah perujukan surat balasan, dan (5)
memudahkan petugas kearsipan. Berikut ini disajikan beberapa contoh penulisan
nomor surat:
Nomor: 28/LRST/U/II/2010
Keterangan:
28
= Kode nomor urut surat keluar
LRST = Kode instansi atau unit kerja
U = Kode hal surat
II = Kode bulan ditulis pakai angka
romawi
2010 = Kode tahun surat keluar
3.2.4
Penulisan Lampiran
Lampiran
ialah sesuatu yang ditambahkan pada surat
yang dikirimkan. Surat yang melampirkan sesuatu
(misalnya daftar riwayat hidup, fotokopi ijazah, surat keterangan sehat dari dokter) perlu
disebutkan jumlah yang dilampirkan. Hal ini berguna agar penerima surat dapat meneliti
kelengkapan lampiran yang disertakan. Kata lampiran
jangan disingkat lamp. Perhatikan
contoh-contoh berikut ini.
Yang tidak disarankan Yang
disarankan
Lampiran : 2 (dua) berkas Lampiran : Dua berkas
Lampiran : III helai Lampiran : Tiga helai
Lampiran : Dua Eks. Lampiran : Dua eksemplar
Lampiran : Lima (5) bendel Lampiran : Lima
bendel
Jika
tidak ada yang dilampirkan, kata lampiran tidak perlu dicantumkan, atau pada
kolom lampiran diisi satu tanda hubung (-).
3.2.5
Penulisan Hal Surat
Penulisan
hal surat setelah lampiran berguna agar pembaca
dapat mengetahui pokok pembicaraan surat sebelum
membaca isi surat
secara lengkap. Selain kata hal, kita
sering menjumpai kata perihal. Meskipun
keduanya sinonim, sebaiknya digunakan kata hal karena lebih singkat dan
praktis.
Hal
surat pada
dasarnya sama dengan judul karangan. Oleh karena itu, penulisan hal surat disamakan dengan
penulisan judul karangan. Hal surat
berupa frasa (bukan kalimat) dan setiap kata diawali dengan huruf capital
(kecuali kata tugas). Akhir baris penulisan hal surat tidak perlu dibubuhi tanda baca apa pun.
Yang tidak disarankan Yang
disarankan
Hal :
UNDANGAN RAPAT Hal : Undangan Rapat
Hal :
Permohonan cuti kuliah Hal : Permohonan Cuti Kuliah
Hal :
Lamaran Pekerjaan Hal : Lamaran Pekerjaan
3.2.6
Penulisan Alamat Surat
Sebelum
dikirimkan, surat
harus diberi amplop (sampul) lebih dahulu. Pada amplop itu biasanya dituliskan
alat surat
secara lengkap. Dengan demikian, ada dua macam alamat surat yang dikenal dengan istilah alamat luar
dan alamat dalam. Alamat luar ialah alamat yang dituliskan di amplop; alamat
dalam ialah alamat yang tertulis di dalam surat.
Alamat surat digunakan sebagai penunjuk langsung
siapa yang harus menerima surat.
Yang
perlu diperhatikan pada penulisan alamat surat
ialah sebagai berikut:
(1) Alamat surat tidak perlu diawali kata kepada. Tanpa
kepada, surat yang dimaksud sudah cukup jelas,
yaitu alamat itu ditujukan kepada orang yang dikirimi surat. Selain itu, kata kepada sebenarnya
tidak berfungsi sebagai penghubung intrakalimat yang menyatakan arah/tujuan.
(2) Untuk menyatakan ungkapan
yang terhormat pada awal nama orang/jabatan penerima surat, cukup dituliskan Yth. (diawali huruf kapital dan disertai tanda titik sebagai akhir
singkatan).
(3) Sebelum mencantumkan nama
orang yang dituju, biasanya penulis surat
menyertakan kata sapaan Ibu, Bapak,
atau Saudara. Jika nama orang yang
dituju didahului gelar akademik/pangkat/jabatan (misalnya Dra., Ir., Kapten, atau
Direktur) sapaan Ibu, Bapak, atau Saudara tidak digunakan. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh
penulisan yang salah:
Yth. Bapak Rektor Unesa Surabaya
Yth. Bapak Drs. Adi
Sampurno, M.Hum.
Yth. Ibu Direktur CV
Larasati
Contoh
penulisan yang benar:
Yth. Rektor Unesa Surabaya
Yth. Bapak Adi Sampurno,
Drs., M.Hum.
Yth. Direktur CV Larasati
(4) Penulisan alamat surat dimulai dari alamat yang lebih kecil (sempit) ruang
lingkupnya dan makin lama makin besar (luas), misalnya berturut-turut nama
jalan, kota, provinsi,
dan seterusnya.
(5) Kata depan di sebagai pengantar nama kota tidak perlu
dicantumkan. Nama kota
tidak perlu digarisbawahi dan tidak diakhiri dengan tanda baca apa pun.
(6) Penulisan alamat surat harus jelas, cermat, dan lengkap agar tidak
menyulitkan petugas pos dalam menyampaikan surat itu kepada yang bersangkutan. Selain
itu, penulisan alamat surat
harus sesuai dengan kaidah ejaan yang resmi
Yang tidak disarankan Yang disarankan
Kepada Yth. Bapak Yudistira Adi Nugraha
Yth. Bpk. Yudistira Adi Nugraha Sambong Permai A/6
Sambong Permai Blk A/No.
6 Jombang
Jombang
Yth. Ibu dr. Erwina Dwi
Larasati Yth. dr. Erwina Dwi Larasati
Jln. Kartini Gg. II/12 Jalan Kartini II/12
Surabaya Surabaya
Yth. CV LARASATI Yth. Direktur CV
LARASATI
Sambong Permai Blok A/4 Sambong Permai A/4
JOMBANG Jombang
3.2.7
Penulisan Salam
Dalam
penulisan surat
terdapat dua buah salam, yaitu salam pembuka dan salam penutup. Salam pembuka
merupakan tanda hormat sebelum memulai pembicaraan. Salam penutup berfungsi
untuk menunjukkan rasa hormat penulis surat
setelah komunikasi dengan pembaca atau penerima surat.
Salam
pembuka lazim ditulis di sebelah kiri di bawah alamat surat,
di atas kalimat pembuka isi surat.
Salam penutup lazim ditulis di sebelah kanan bawah.
Salam pembuka yang lazim
digunakan dalam surat
resmi ialah Dengan hormat. Ungkapan
lain yang biasa digunakan sebagai salam pembuka ialah:
Salam sejahtera,
Saudara …,
Saudara … yang terhormat,
Ibu … yang terhormat,
Bapak … yang terhormat,
Selain itu, terdapat juga salam
pembuka yang bersifat khusus, seperti:
Assalamu’alaikum
wr. Wb.,
Salam
Pramuka,
Salam
perjuangan,
Merdeka,
Salam
penutup yang lazim digunakan dalam surat
resmi ialah:
Hormat
kami,
Hormat
saya,
Salam
takzim
Wasalam,
Penulisan
salam pembuka dan salam penutup harus memperhatikan ketentuan berikut ini: (1)
kata pertama diawali dengan huruf kapital dan (2) salam diakhiri dengan tanda
koma (,).
3.2.8
Penulisan Isi Surat
Isi
surat yang lebih dikenal dengan tubuh surat berisi pesan. Isi surat merupakan bagian
yang sangat penting. Tercapai atau tidaknya penulis dalam mengomunikasikan
pesan bergantung pada kejelasan bagian ini. Secara garis besar isi surat terbagi atas tiga
bagian, yaitu paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup.
Paragraf
pembuka merupakan pengantar isi surat untuk
menarik perhatian penerima surat kepada isi surat yang sesungguhnya. Ada beberapa alternatif
untuk mengawali paragraf pembuka:
Berdasarkan ….
Mengaitkannya dengan surat kami nomor ….
Kami beritahukan bahwa ….
Sesuai dengan undangan ….
Bersama ini kami
sampaikan contoh ….
Kami mohon bantuan
Saudara ….
Pertama-tama
perkenankanlah kami melaporkan ….
Berkenaan dengan surat Saudara Nomor ….
Paragraf
isi itu merupakan gagasan inti yang hendak disampaikan oleh penulis surat. Sabariyanto (1998:38)
mengatakan bahwa paragraf isi itu merupakan wadah untuk menampung semua isi surat. Paragraf ini harus
diungkapkan secara singkat, jelas, tepat, terarah, sopan, dan menarik. Setiap
satuan pikiran sebaiknya diungkapkan dalam satu paragraf. Inti surat dapat terdiri atas beberapa paragraf.
Kalimat yang dapat digunakan untuk memulai paragraf inti surat, misalnya:
Berdasarkan
hal-hal yang disebutkan di atas ….
Untuk itu ….
Sehubungan dengan
keterangan di atas ….
Sehubungan dengan itu ….
Paragraf
penutup merupakan bagian yang berfungsi sebagai kunci isi surat
atau merupakan penegasan surat
itu. Paragraf penutup dapat berisi simpulan, harapan, atau ucapan terima kasih
(Sampurno, 1990:39). Kalimat yang dapat digunakan dalam paragraph penutup,
misalnya:
Atas perhatian Saudara,
kami ucapkan ….
Sambil menunggu kabar
baik dari Bapak, kami ucapkan ….
Besar harapan kami agar
Saudara ….
Demikian, laporan ini
disampaikan untuk ….
Kami akan sangat
bergembira bila Bapak .,..
3.2.9
Penulisan Nama Penanggung Jawab
Nama
penanggung jawab dicantumkan di bawah tanda tangan. Penulisan nama terang
penanggung jawab surat
diatur sebagai berikut.
(1) Nama terang hendaknya
ditulis lengkap.
(2) Huruf pertama
unsure-unsur nama terang ditulis dengan huruf kapital.
(3) Nama terang tidak perlu
diapit oleh tanda kurung atau tanda baca apa pun.
(4) Nama terang tidak perlu
digarisbawahi.
(5) Nama terang tidak
diakhiri tanda baca apa pun.
Yang
tidak disarankan Yang
disarankan
(Satria
Adi Bimasakti) Satria
Adi Bimasakti
Kepala Kepala
Direktur Direktur,
DR. ERWINA DWI LARASATI, M.SI. dr. Erwina Dwi Larasati, M.Si.
NIP: 131.930.157 NIP
131930157
3.2.10
Penulisan Tembusan Surat
Kata
Tembusan yang ditulis dengan huruf
awal huruf kapital diletakkan di sebelah kiri pada bagan kaki surat,
lurus dengan nomor dan hal, serta sebaris dengan nama penanggung jawab surat. Tulisan tembusan
disertai tanda ttik dua (:), tanpa digarisbawahi.
Ketentuan
isi tembusan ialah sebagai berikut:
(1) Jika pihak yang diberi
tembusan lebih dari saru, diberi nomor urut sesuai dengan jenjang jabatan pada
instansi itu. Jika pihak yang diberi tembusan hanya satu tidak perlu diberi
nomor urut.
(2) Pihak yang diberi
tembusan hendaklah nama jabatan atau nama orang dan bukan nama kantor atau
instansi.
(3) Dalam tembusan tidak
digunakan ungkapan Kepada Yth. atau Yth.
(4) Dalam tembusan tidak
perlu dicantumkan tulisan Arsip atau Pertinggal.
Perhatikan contoh penulisan tembusan
berikut ini.
Yang tidak disarankan
Tembusan:
(1) Yth. Bapak Dirjen Dikti
(2) Yth. Bapak Irjen Depdiknas
di Jakarta
(3) Yth. Rektor Unesa Surabaya
(4) Yth. Sdr. Drs. Adi
Sampurno, M.Hum.
(5) Arsip
Yang disarankan
(1) Dirjen Dikti
(2) Irjen Depdiknas
(3) Rektor Unesa Surabaya
(4) Drs. Adi Sampurno, M.Hum.
3.2.11
Penulisan Inisial
Inisial (sandi)
ditempatkan pada bagian paling bawah. Inisial merupakan tanda pengenal yang
berupa singkatan nama pengonsep dan pengetik surat. Inisial berguna untuk keperluan
selingkung pengirim surat.
Oleh karena itu, inisial sebaiknya ditulis di surat yang diarsipkan saja. Perhatikan contoh
berikut ini.
IS/WS
IS singkatan nama
pengonsep surat
Imam Syafi’i
WS singkatan nama
pengetik surat
Wiwik Sutinah
3.3 Bahasa
Surat
Menulis surat
resmi harus menggunakan bahasa baku.
Bahasa baku
dapat dikenali dari ejaan, pemakaian kata, bentuk kata, dan struktur kalimat.
Perhatikan bandingan berikut ini.
(1) Ejaan
Tidak
Baku Baku
nomer nomor
senen Senin
do’a doa
ijin izin
telpon; telefon telepon
photo copy; foto kopi fotokopi
komplek kompleks
s/d; a/n; d/a s.d.; a.n.; d.a.
(2)
Pemakaian Kata
Tidak
Baku Baku
makanya karena itu
cuma hanya
mumpung selagi;
senyampang
dikasihkan diberikan
barusan baru saja
saking jengkelnya karena jengkelnya
(3) Bentuk
Kata
Tidak
Baku Baku
mentik mengetik
merubah; merobah mengubah
mentaati menaati
mengristal mengkristal
sekedar sekadar
kekomplekan kekompleksan
tercermin tecermin
(4)
Kalimat
Tidak
Baku
Atas perhatiannya, kami
ucapkan terima kasih.
Masalah itu sudah
diketahui oleh saya.
Surat Saudara kami sudah
terima dengan baik.
Saya mintakan ijin anak
saya.
Baku
Atas perhatian Bapak/Ibu,
kami ucapkan terima kasih.
Masalah itu sudah saya
ketahui.
Surat Saudara sudah kami
terima dengan baik.
Saya memohonkan izin anak
kami.
Selain baku,
kalimat surat
resmi harus efektif. Bahasa efektif ialah bahasa yang tepat sasaran. Bahasa
yang efektif ditandai dengan pemakaian bahasa yang sederhana/wajar, ringkas,
jelas, sopan, dan menarik. Sederhana berarti bersahaja, lugas, mudah, tidak
berbelit-belit.
Dalam surat resmi sebaiknya tidak digunakan
ungkapan-ungkapan sejenis kalimat berikut ini.
(1) Sudilah kiranya Saudara
dapat meluangkan waktu sejenak untuk menghadiri rapat itu.
(2) Kami sangat menghaturkan
beribu-ribu terima kasih atas kehadiran Bapak.
(3) Kami sampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga atas bantuan Bapak.
(4) Sebelum dan sesudahnya
tak lupa kami ucapkan diperbanyak terima kasih.
(5) Perusahaan kami masih
membuka pintu lebar-lebar kepada para pelamar yang sudah banyak memakan asam
garam dalam tugasnya.
Pelatihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda
mengenai materi menulis surat
di atas kerjakanlah pelatihan berikut ini.
(1) Jelaskan secara singkat
bagian-bagian surat
resmi beserta kegunaannya.
(2) Berikan komentar Anda
mengenai pemakaian bahasa surat
berikut ini.
(3) Kalau menurut Anda dalam
bahasa surat di atas terdapat kekeliruan,
perbaikilah sehingga menjadi surat
yang baik.
PANITIA
PERINGATAN HUT RI KE 65 DESA SAMBONGDUKUH
Sekretariat: RT 01/RW 05,
Sambong Permai A/6
J
O M B
A N G
Nomer: 02/PPHBN/U/VII/20010 5 Juli
2010
Lamp. : ---
Hal : Undangan Rapat
Kepada Yth.
Ketua RT Desa
Sambongdukuh
Jombang
Dengan hormat,
Dalam rangka memperingati dan merayakan HUT RI
ke-65, kami warga Desa Sambongdukuh, Jombang akan mengadakan berbagai kegiatan:
bersih desa, ziarah kubur, perlombaan, dan malam renungan. Untuk itu, kami
mengundang Bapak/Ibu dalam rapat persiapan . Rapat persiapan itu akan diadakan
pada:
Tanggal :
10 Juli 2010
Waktu :
Jam 19.30 s/d selesai
Tempat : Balai Desa Sambongdukuh
Karena pentingnya acara ini kami minta Bapak/Ibu
menghadirinya secara tepat waktu. Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan terima
kasih.
Wassalam,
Ketua,
Satria
Adi Bimasakti
Daftar
Pustaka
Ahmad, Sabaruddin
1980 Pedoman Surat-menyurat. Medan: SA Sinar Agung.
Arifin, E. Zaenal
1989 Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Jakarta: PT
Mediatama Sarana Perkasa.
Sabariyanto, Dirgo
1989 Bahasa Surat
Dinas. Yogyakarta: PT Mitra Gama Widya.
Sampurno, Adi
1990 “Kemampuan
Menulis Surat
Lamaran Pekerjaan Siswa Kelas II
SMEA Negeri Sekotamadia Surabaya. Skripsi
FPNS, IKIP
Surabaya.
Soedjito dan Solchan
1990 Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sudaryono
1983 Surat-menyurat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: Alumni.
Sumantri, Maman
1978 Surat-menyurat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar